15 Mahasiswa UAJY Gelar Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta

Malam itu Bentara Budaya Yogyakarta penuh sesak. Ada ratusan pengunjung jejali ruang utama membuat satu sama lain harus antre untuk ambil gambar.

Mahasiswa UAJY Gelar Pameran
kanaljogja.id

Iya, Kamis malam (13/7) menjadi tanggal bersejarah bagi 15 mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Mereka menggelar pembukaan pameran foto dengan tajuk “Cerita dari Solo, yang Tersua di Satu Masa.”

Proses produksi pengambilan gambar di Kota Solo ini memakan waktu 5 bulan. Di mana 4 bulan pertama mereka mematangkan konsep dan selama 1 bulan terakhir live in di solo untuk merasakan lebih dekat nuansa yang ada. Dan hasilnya bisa dilihat langsung oleh masyarakat luas saat ini hingga beberapa hari ke depan.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Ada ratusan karya yang dipajang dan bisa dinikmati oleh pengunjung secara gratis. Pameran ini terbuka untuk umum, bisa dikunjungi mulaid dari jam 09.00 WIB hingga 21.00 WIB.

Solo sebagai Kota Budaya

Dari tempat ini para pengunjung bisa melihat Kota Solo secara lebih dekat. Banyak karya dengan tema sehari-hari bisa ditemukan. Mulai dari angkringan, penjual bunga, proses membatik, pembuatan gamelan, tradisi budaya dan masih banyak lagi.

Seolah mereka ingin bercerita kepada pengunjung, banyak hal menarik bisa ditemukan di Kota Solo. Di kota ini berbagai budaya dan kearifan lokal begitu mudah ditemukan.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Satu sama lain saling terjaga dengan apik. Dan hal ini pulalah yang menjadikan kota ini sebagai salah satu kota dengan indeks toleransi terbaik di tanah air.

Dalam beberapa tahun terakhir pun berbagai event budaya begitu mudah ditemukan. Selain itu yang cukup menarik tentu saja adanya perhatian lebih pada revitalisasi situs budaya.

Membuat siapa saja berkunjung seolah ke masa lalu. Melihat kejayaan tempo dulu dengan langsung merasakan dan berada di tengah-tengahnya.

Transformasi dalam Bingkai

Total ada 101 foto yang dipamerkan dan semua itu merupakan refleksi ke-15 mahasiswa FISIP UAJY. Mereka ini adalah bagian dari Tim Studi Independen Multikulturalisme, satu projek yang digagas Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan UAJY. Selain itu menjadi bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Tim yang terlibat bukan hanya fotografer saja tapi ada juga tim video dan jurnalistik. Selama proses berlangsung mereka berkolaborasi untuk menghasilkan karya-karya terbaik.

Di ruang pamer pun ada narasi yang akan bercerita. Mulai dari kegiatan apa yang sedang dilakukan, sejarah atau makna dibaliknya. Menjadikan sesuatu yang teramat sayang untuk diabaikan.

Meski pada awalnya mendapat cibiran tapi kini mereka patut bangga. Apa yang telah mereka mulai selama berbulan-bulan membuahkan hasil.

Sekadar informasi, foto-foto yang dipajang juga dijual dan bila kamu tertarik bisa meminangnya. Pada pembukaan setidaknya 2 foto telah ditebus oleh pengunjung dengan harga Rp 500 ribu untuk 1 karya.

Foto-foto ini seolah bercerita dan memberi makna lebih bagi mereka yang berkunjung. Pesan yang hendak disampaikan setidaknya terbagi menjadi 3 bagian.

Bagian pertama mengusung tema “Bagai Bayang-Bayang Masa Silam.” Di tempat ini akan terlihat jelas sisa-sisa kebudayaan masa lalu.

Hal ini terlihat dengan adanya tradisi kenduri dalam proses sebelum pembuatan gong. Tradisi penuh kearifan lokal ini masih bertahan hingga saat ini dan begitu mudah ditemukan.

Selanjutnya pada bagian kedua mengusung tema “Meniti Buih Perubahan Zaman.” Terlihat dari adanya tradisi yang masih bertahan hingga saat ini. Wajar kemudian Kota Solo juga mendapat julukan Kota Budaya karena memang berbagai seni dan budaya masih tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

Selanjutnya yang terakahir atau bagian ketiga akan mengangkat tema “Menimba Kebijaksanan Leluhur.” Terlihat jelas dengan adanya upaya merevitalisasi budaya yang ada dan Solo berupaya menjadi pusat kebudayaan Jawa.

Kegiatan ini didukung penuh Kompas Gramedia, Bentara Budaya Yogyakarta, Kognisi.id, PT PLN (Persero), Tanoto Foundation, dan BRI.
Biarkan Gambar yang Bercerita

Pos terkait