Beberapa waktu terakhir nama Elanto Wijoyono kembali mengudara. Bukan karena menghentikan rombongan atau konvoi moge Harley Davidson tapi kali ini adalah merekam ulah oknum yang diduga melakukan pungli.
Tempat yang diambil pemuda 32 tahun ini adalah Pos Polisi Simpang Pojok Beteng (Jokteng) Wetan. Dalam video yang terbagi 3 segmen itu Elanto memberi judul yang cukup menarik karena memaksa penonton untuk melihat lebih detail apa yang terjadi.
Rekaman yang diambil pada 3 Oktober 2015 lalu konon bukan untuk cari sensasi tapi lebih untuk menggugah agar masyarakat berani melakukan kritik social atau lebih tepatnya control social terhadap apa yang ada disekitar mereka.
Usut punya usut ternyata peristiwa penghadangan moge dan perekaman di Jokteng tersebut bukan menjadi kali pertama dan kedua. Sebelumnya, pria berkacamata ini juga pernah melaporkan Pemerintah Kota Jogja terkait dugaan perusakan cagar budaya di Jalan Pajeksan.
Berkat laporannya Lembaga Ombudsman DIY menemukan adanya dugaan mal administrasi yang dlakukan pemerintah. Atas keberaniaannya dalam melakukan kritik social ini Gubernur Jogjakarta Sri Sultan mengapresiasi dengan baik dan patut ditiru selama tidak melanggar aturan.
Dalam melakukan aksinya Elanto tidak sendiri. Bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Combine akan terus menyuarakan keterbukaan informasi publik. Menurutnya bila ada pelanggaran di ruang publik harus ada pihak yang bersuara.
Apa yang dilakukan bukan tanpa resiko. Bisa jadi ada beberapa pihak atau oknum yang tidak suka. Bila harus bersinggungan dengan oknum tak bertanggung jawab dirinya pun siap dan merasa tidak perlu takut selama ada di jalur yang benar.
Berkat dirinya, kini ada Elanto-Elanto lain yang berani bersuara. Hanya saja mereka kurang terekspos dan bila bersatu tentu akan menjadi kekuatan publik yang luar biasa. Oleh karena itu pihaknya tidak akan berhenti melakukan penyadaran dan pendampingan kepada masyarakat dalam hal keterbukaan informasi.
Ia juga menilai apa yang dilakukan ini bukan yang pertama. Sebelumnya juga banyak pihak yang sering kali melakukan kritik social dengan cara yang berbeda-beda. Meski demikian ia tetap meyakini bahwa itu semua memiliki tujuan yang sama menuju perbaikan.