Mungkin kita sering mendengar nama Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta tapi tak banyak yang tahu apa yang ada di dalamnya. Selain itu hampir semua orang juga dapat dipastikan tidak pernah tahu sejarah di dalamnya.
Kini gedung penuh sejarah di pusat Kota Jogja tersebut dikembangkan sebagai objek wisata berbasis sejarah dan budaya. Mencoba menilik lebih dekat sebanarnya ada apa didalamnya.
Gedung megah yang terletak di Kawasan Nol Kilometer ini dibangun pada masa penjajahan Belanda. Bahkan untuk bangunan utama telah mulai di bangun sejak tahun 1824. Anthony Hendriks Smissaerat adalah tokoh dibalik pembanguan gedung paling megah dieranya tersebut.
Pembangunan gedung ini sempat terhambat manakala terjadi Perang Diponegoro antara tahun 1825 hingga 1830. Pasca kalahnya Diponegoro pembangunan gedung ini dilanjutkan kembali pada 1832.
Namun lagi-lagi gedung ini rusak akibat gempa pada 10 Juni 1867. Sebagai istana bagi tamu agung bangsa Belanda maka gedung ini di bangun kembali dan telah selesai dipugar pada 1869.
Pasca Indonesia merdeka atau tepatnya pada 6 Januari 1946 gedung ini resmi menjadi Istana Kepresidenan sekaligus sebagai tempat tinggal Presiden Republik Indonesia beserta keluarga. Sementara itu Wakil Presiden tinggal di sisi utara Gedung Agung yang saat ini digunakan sebagai Markas Korem 072/Pamungkas.
Istana Kepresidenan Yogyakarta memiliki 6 bangunan utama yang mana masing-masing bangunan memiliki ciri khas tertentu. Keenam bangunan tersebut adalah Gedung Agung, Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu, dan Wisma Saptapratala.
Selain keenam bangunan tersebut masih ada kompleks Seni Sono dengan luas 5.600 meter persegi. Bangunan yang satu ini terletak di sisi selatan Gedung Agung.
Keunikan dari Gedung AGung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta ini adalah tidak mengalami perubahan meski telah berusia ratusan tahun. Bentuk bangunan yang ada saat ini masih sama persis dengan aslinya yang dibangun pada 1869.
Berkunjung ke bangunan yang letaknya persis ada di depan Benteng Vredeburg ini pengunjung akan diajak untuk nostalgia. Seolah kembali ke masa lalu dengan menyusuri tiap sisi bangunan yang ada.
Sebelum melihat sisi lain pastikan untuk melihat Ruang Garuda yang ada dipaling depan. Pada jaman dulu sewaktu pemerintahan di pindahkan ke Yogyakarta pelantikan menteri dilakukan ditempat ini.
Selanjutnya bila bergeser ke sebelah kiri akan didapati gedung yang digunakan sebagai tempat tinggal presiden beserta keluarga. Sisi utara digunakan untuk menginap wakil presiden ataupun tamu negara beserta keluarga.
Pada bagian depan gedung utama terdapat Ruang SUdirman. Penamaan ini sebagai penghargaan untuk jenderal perang kala itu manakala beliu pamit meninggalkan Yogyakarta untuk perang gerilya.
Kemudian disebelah kiri terdapat Ruang Diponegoro. Sama halnya dengan Ruang Sudirman, penamaan ini sebagai apresiasi atas apa yang diberikan Pangeran Diponegoro untuk bangsa ini.
Puas melihat sisi depan bergeraklah ke belakang maka akan ditemui ruang makan dan ruang pertunjukan kesenian. Pada jaman dulu setiap tamu negara seusai menikmati menu makan malam maka mereka juga akan disuguhi pertunjukan kesenian.
Selanjutnya beralih ke wisma-wisma disekitar Gedung Agung. Wisma Negara dibangun pada 1980 dan terdiri dari 19 kamar. Wisma dua lantai ini diperuntukkan bagi para menteri dan rombongan tamu negara.
Wisma Indraphrasta bisa dibilang menjadi bangunan yang cukup menarik. Hal ini karena merupakan wujud bangunan asli kantor Asisten Residen Belanda.
Di samping ruang kesenian terdapat Wisma Sawojajar untuk tempat istirahat rombongan presiden beserta para staf tamu negara. Wisma Bumiretawu dikhususkan untuk ajudan dan dokter kepresidenan.
Masih ada Wisma Saptapratala disisi selatan. Wisma ini diperuntukkan untuk petugas dan para anggota rombongan presiden atau tamu negara.
Dari sekian banyak bangunan mungkin Kompleks Seni Sono yang paling menyita perhatian. Pasalnya di gedung ini digunakan sebagai tempat menyimpan koleksi benda seni. Selain itu masih ada ruang pamer dan auditorium.
Bila sudah sampai di Istana Kepresidenan Yogyakarta jangan sampai lupa untuk mengambil gambar di depan Gedung Agung. Terdapat arca setinggi 3,5 meter dari batu andesit yang bernama Dagoba yang diambil dari Desa Cupuwatu yang letaknya tak jauh dari Candi Prambanan.