Mapak Toyo, Kolaborasi Hari Air Sedunia Dengan Kearifan Lokal Masyarakat Bantul

Untuk kali pertama masyarakat Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Bantul mengadakan upacara jemput air atau dalam bahasa mereka disebut tradisi Mapak Toyo. Kegiatan yang pada intinya menjaga kelestarian alam ini digelar pada Rabu (25/3/2015).

Bacaan Lainnya
mapak toto
ugm.ac.id

Berdasar penuturan salah seorang panitia di sebutkan bahwa kegiatan Mapak Toyo ini juga merupakan rangkaian dari peringatan Hari Air Sedunia. Uniknya kegiatan yang dilaksanakan oleh orang-orang diseluruh dunia ini dikemas dengan mengkolaborasikan kearifan lokal.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Hal ini terlihar dari adanya kirab gunungan berupa hasil bumi. Adapun yang diarak keliling desa antara lain nasi wiwit dan tentu saja hasil bumi masyarakat sekitar seperti aneka sayur dan buah.

Jumlah gunungan yang dikirab adalah 17 dimana 16 gunungan berasal dari 16 pedukuhan yang ada di Desa Timbulharjo dan 1 gunungan dari pemerintah desa. Praktis seluruh gununag ini juga harus diangkat oleh 17 bregodo.

Pelaksanaan kirab budaya ini dimulai dari Lapangan Desa Timbulharjo dan berakhir di Bendung Kemiri. Uniknya lagi tidak semua gunungan itu akan diperebutkan warga yang hadir karena nasi wiwit yang diarak disatap bersama.

Tradisi Mapak Toyo ini dilakukan untuk mengingatkan siapa saja agar lebih bisa menjaga bumi dengan tidak membuang sampah sembarangan khususnya di sungai. Diharapkan nantinya sungai akan bersih dari sampah dan bisa kembali berfungsi normal untuk mengairi lahan pertanian warga.

Meski kegiatan yang dilaksanakan kemarin itu baru untuk kali pertama tapi mereka berupaya akan menggelar kegiatan ini setiap tahun. Tujuannya tentu saja untuk kembali mengingatkan betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Adapun kegiatan nyata dan langsung terkait penjemputan air ini adalah gotong royong membersihkan aliran sungai dari sampah. Selain itu diharapkan warga mulai sadar akan bahaya buang sampah sembarangan.

Pada puncak acara kegiatan ini ditandai dengan pembukaan pintu air Bendung Kemiri yang kemudian digunakan warga untuk mengairi lahan pertanian mereka.

Kegiatan serupa dalam arti pentingnya menjaga mata air untuk kehidupan juga dilaksanakan di Sleman. Tepatnya ada di Seyegan dengan nama upacara Tuk Si Bedug.

Pos terkait