Tak banyak yang menyadari bila Selokan Mataram selain untuk menghidupi petani di Jogja juga terkandung seni dan penerapan ilmu fisika yang luar biasa di dalamnya. Seolah hukum fisika tak berlaku dalam aliran kanal yang tak pernah habis ini.
Bila diperhatikan lebih detail maka siapa saja tidak akan menduga kalau saluran sangat ini sangat unik dan mengagumkan. Bagaimana bisa hukum gravitasi tidak berlaku di tempat ini karena selokan mengalir dari barat ke timur.
Canggihnya Selokan Mataram
Bukti nyata bahwa orang zaman dulu telah memiliki pemikiran yang sangat luar biasa. Bagaimana mereka bisa menerapkan hukum-hukum yang bisa jadi di luar nalar.
Kecanggihan dan keunikan lain akan terlihat saat selokan melintasi Sungai Krasak dimana air akan melewati bawah sungai. Arusnya tetap kuat meski tidak ada pompa yang menaikan air dari bawah ke atas.
Sesuatu yang sangat sulit dipecahkan bagi mereka yang menyadarinya. Kalau kamu pensaaran boleh lah berkunjung ke lokasi tersebut.
Kehebatan lain Selokan Mataram ini juga bisa ditemukan di dusun Ngluwar di dekat hulu selokan. Dimana dibawah desa dibuatkan terowongan untuk melintasi aliran air ini.
Salah Satu Landmark Pecinta Fotografi
Dengan segala keunikan tersebut maka pantas saja kalau selokan mataram dijadikan salah satu landmark terbaik yang harus disusuri kala pagi hari sembari bersepeda ria. Saat ada di sini kamu harus mengabadikan itu semua.
Orang Jogja, khususnya Sleman menyebut bangunan ini dengan nama Bok Renteng atau dikenal dengan nama Kanal Van Der Wijck.
Baca juga: Satu Desa di Mlati akan Dilewati Tol Jogja Solo dan Jogja Bawen
Bukti Kecerdikan Sri Sultan HB IX
Selain itu masyarakat Jogja meyakini bahwa Selokan Mataram adalah bukti kehebatan dan kecerdikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dimana pada tahun 1944 banyak tenaga kerja paksa atau romusha dari Jogja yang dibawa keluar Pulau Jawa untuk membangun sarana transportasi dan pertanian.
Oleh karena itu agar para romusha tidak jauh dari keluarga dan memberikan manfaat jangka panjang untuk Jogja. Maka Sri Sultan melobi Jepang agar para pekerja tetap berada dimana mereka berasal.
Pada masa itu di wilyah Jogja terdapat setidaknya 17 pabrik gula. Agar suplai tebu sebagai bahan utama pembuat gula tersuplai dengan baik maka perlu disediakan saluran irigasi yang akan mengaliri seluruh areal perkebunan tebu.
Bertemunya dua sungai besar yakni Sungai Progo di barat dan Sungai Opak di sebelah timur dipercaya akan meningkatkan kualitas hidup di wilayah Sleman. Hal ini karena selokan sepajang 30,8 km dapat digunakan untuk mengairi lahan seluas 15.734 ha.
Selokan Mataram berhulu di selokan Van Der Wijck yang terletak di Dusun Macanan, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Dan berakhir di Kali Opak yang terletak di daerah Kalasan.
Selain itu rakyat sangat patuh dengan perintah Sri Sultan sebagai raja dari Kraton Jogjakarta. Banyak yang berpendapat bahwa saluran irigasi ini kelak akan bermanfaat untuk anak cucunya. Jadi meskipun mereka bekerja sebagai romusha mereka tidak terlalu berkeberatan.
Sampai saat ini setidaknya Selokan Mataram yang oleh orang Jepang disebut sebagai Kanal Yoshiro telah mengalami dua kali perbaikan. Renovasi pertama terjadi pada 1950 dan yang kedua dilakukan pada 1980.