Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kebudayaan DIY berupaya agar sumbu filosofi Jogja terdaftar sebagai salah satu warisan budaya dunia. Salah satu upaya nyata harus dimulai dari warga Jogja dengan kesediaan menjaga kelestariannya.
Sumbu filosofi sendiri adalah garis nyata yang menghubungkan antara Tugu Pal Putih atau Tugu Golong-Giling, Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat dan Panggung Krapyak. Dengan demikian sumbu filosofi jelas ada dan nampak berbeda dengan garis imajiner.
Garis imajiner sendiri adalah garis (tak kasat mata) yang menghubungkan antara Gunung Merapi, Kraton hingga Laut Selatan. Dengan demikian jangan sampai penyebutan sumbu filosofi tertukar dengan garis imajiner.
Warga Jogja sebagai pemilik Sumbu Filosofi hendaknya tahu betul dan menjadikannya aset yang harus dijaga dengan hati-hati. Selanjutnya bila publik Jogja telah mampu menjaga dengan baik maka pihak dunia pun akan turut serta.
Hal itu perlu diperhatikan mengingat Sumbu Filosofi telah terdaftar dalam Tentative List United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sejak beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian nantinya bisa jadi garis nyata ini namanya akan terangkat layaknya batik menjadi salah satu warisan budaya dunia.
Gayung bersambut karena itu juga sesuai dan akan semakin memantapkan Jogja dengan segala keistimewaanya. Jadi bukan hanya karena 6 alasan yang telah ada tapi terdapat satu poin plus lagi yang akan semakin mempertegas tanda keistimewaan DIY.
Nantinya pun nama Panggung Krapyak akan semakin terangkat. Seperti yang diketahui bahwa nama bangunan ini kurang begitu dikenal masyarakat, lain halnya bila disebut Tugu Jogja atau Kraton Jogja dimana hampir semua orang pasti mengetahuinya.
Makna dari sumbu filosofi ini adalah bagaikan perjalanan manusia sejak bayi dilahirkan, tumbuh besar, dewasa, menikah hingga kematian tiba. Perjalanan tersebut dimulai dari Panggung Krapyak menuju Tugu Jogja.
Sementara itu Tugu Jogja menjadi simbol akan hubungan manusia dengan Tuhannya. Golong-giling dapat dimaknai dengan bersatunya antara cipta, rasa dan karsa dimana manusia tumbuh dengan keseimbangan dunia dan akhirat.
Adanya Jalan Marga Utama (Tugu Jogja keselatan) dapat diartikan sebagai jalan menuju keutamaan. Diantara Kraton Jogja dengan Tugu Jogja terdapat Pasar Beringharjo dimaknai sebagai godaan duniawi atau syahwat yang harus dijaga.
Dengan demikian adanya sumbu filosofi ini diharapkan dapat menyadarkan manusia untuk senantisa berbuat baik. Jangan sampai mengotori hati dengan perbuatan yang tercela.