Sebagai warga Jogja, saya merasa kaget ternyata ada camilan yang bernama emping telo. Dan Emping Telo Ringinharjo menjadi salah satu yang terpopuler karena telah hadir sejak puluhan tahun lalu.
Sentra industri emping telo Ringinharjo ini berada di Padukuhan Bantul Karang, Ringinharjo, Bantul. Untuk menemukannya juga tidak begitu sulit karena telah miliki akses jalan yang baik dan dari pusat Kota Jogja bisa ditempuh sekitar 30 perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Jujur saja selama ini saya lebih mengenal keripik atau ceriping telo yang terbuat dari irisian ketela kemudian digoreng. Emping telo memiliki citarasa yang lebih baik karena diolah dengan beberapa bumbu rahasia.
Emping pada umumnya terbuat dari melinjo. Dimana melinjo setelah disangrai ditumbuk dan dijemur kemudian digoreng.
Namun tidak dengan emping telo. Di mana proses dimulai dengan mengupas dan mencuci bersih kemudian direndam selama satu malam.
Setelah itu telo direbus dan beri bumbu layaknya membuat getuk singkong. Bila dulu pada awalnya hanya ada rasa asin dan gurih tapi kini tidak lagi. Berbagai citarasa pun bisa ditemukan mulai dari pedas, pedas manis, buah naga, gurih sledri, pedas gurih, ekstra pedas dan daun kelor.
Baca juga: Njelajah Mbantul Milang Kori #4
Resep Turun Temurun Emping Telo Ringinharjo
Meski saat ini memiliki beberapa citarasa yang bisa dipilih tapi tetap yang original bisa menjadi pilihan utama. Cemilan yang telah berusia puluhan tahun ini masih bisa ditemukan hingga saat ini dengan segala inovasinya.
Sosok yang sukses membawa emping telo eksis hingga saat ini tentu saja tak lepas dari Harjo Wiyono. Produk ini hadir kali pertama sekitar tahun 1960-an.
Meski usianya tak muda lagi beliau masih turun untuk produksi emping telo. Bukan untuk merebus atau menumbuk telo tapi lebih pada meracik bumbu.
Bila dulu hanya diproduksi sendiri dan dipasarkan di sekitar Bantul saja tapi kini tidak lagi. Emping telo ini telah dipasarkan hingga keluar kota maupun pulau. Terlebih dengan adanya teknologi digital membuat produk ini begitu mudah ditemukan.
Baca juga: 7 Tempat Berburu Jenang di Jogja
Berdayakan Masyarakat Setempat
Mereka yang menikmati gurihnya emping tidak saja keluarga Harjo Wiyono. Namun ada puluhan keluarga di sekitar Ringinharjo yang turut memproduksi emping telo.
Ada yang benar-benar produksi secara mandiri untuk dijual sendiri atau disetor. Dan ada cukup banyak pula mereka yang bekerja di tempat Harjo Wiyono maupun anak cucunya.
Yang menarik hampir semua yang bekerja di tempat ini adalah perempuan paruh baya. Bahkan terlihat mereka yang berusia diatas 50 tahun pun masih cekatan membuat emping.
Sutinah yang tak lain anak Mbah Harjo dan cucunya yang bernama Prihanta dalam satu hari mampu hasilkan ratusan kilo emping telo. Menurut Prihanta, untuk menghasilkan 1 kilo emping setidaknya membutuhkan 3 kilo ketela.
Kebutuhan ketela yang cukup banyak kini tidak bisa dipenuhi dari petani sekitar Bantul. Mau tidak mau mereka harus mendatangkan ketela dari kota lain dan Wonosobo hingga saat ini masih menjadi suplier terbaik.
Selain bisa mengirim dalam jumlah banyak, ketela Wonosobo dikenal empuk dan ukurannya besar-besar. Selain itu kadar air yang ada dalam ketela juga sangat baik dan memberi hasil optimal saat ditumbuk. Bila terlalu banyak kadar air maka hasil tidak akan baik karena emping menjadi lembek.
Proses Pembuatan yang Sederhana
Mungkin bagi mereka yang belum pernah berkunjung ke Ringinharjo akan takjub. Bagaimana emping telo Ringinharjo ini dibuat dengan proses sederhana karena hampir semua proses manual kecuali saat menggiling ketela.
Menurut Prihanta, ketela yang akan digunakan untuk membuat emping pertama kali dikupas dan direndam dalam ember selama satu malam. Setelah itu ketela di buat adonan layaknya membuat getuk.
Berbagai bumbu dan penguat rasa alami akan masuk dalam proses ini. Semua bahan diaduk rata dan kemudian digiling.
Setelah itu dibuat balok kotak-kotak dan dipotong-potong tipis. Potongan inilah kemudian yang ditumbuk layaknya emping kemudian dijemur.
Proses penjemuran bila panas hanya membutuhkan satu hari. Namun bila kurang maka akan ditambah untuk memastikan emping cukup kering.
Dan tahap akhir tentu saja pengemasan. Emping telo yang ada saat ini telah dibranding menjadi sesuatu yang unik dan menjadi oleh-oleh khas Bantul.
Semua itu juga tidak lepas dari peran Sulistya Atmaji selaku Lurah Ringinharjo yang mana ia mengupayakan berbagai hal untuk mendukung emping telo Ringinharjo agar lebih dikenal masyarakat luas.