Unik dan Lengketnya Kue Keranjang di Jogja

Salah satu panganan atau kue yang harus ada saat perayaan imlek tentu saja kue keranjang. Tanpa kue yang satu ini konon suasana imlek belum terasa tak terkecuali di Jogja.

kue keranjang
liputan6.com

Dari namanya mungkin sudah bisa di tebak kalau kue ini berbentuk keranjang karena memang terbentuk atau tercetak dari wadahnya berupa keranjang. Kue ini akan muncul saat imlek dengan ciri khas tekstur yang unik karena kenyal dan lengket dari bahan beras ketan dan gula.

Bagi yang penasaran dan belum pernah mencicipi ada baiknya berkunjung ke Kampung Ketandan. Kampung yang satu ini menjadi pusat dari keramaian Imlek di Jogja dan tentu saja pusat dari kue keranjang.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Kue ini selalu ada karena di gunakan orang Tionghoa sebagai sesaji dalam perayaan Imlek. Sesaji tersebut diberikan mulai dari hari ketujuh sebelum hingga puncak perayaan Imlek. Sebagai sesaji maka kue ini baru akan dinikamti saat Cap Go Meh atau malam ke-15 setelah tahun baru Cina.

Kue Keranjang sebagai Favorit Dewa Tungku

Dalam kepercayaan mereka panganan yang satu ini merupakan favorit dari Dewa Tungku yang mana ia akan membawa kabar baik untuk Raja di Surga atau Tuhan. Selain itu ternyata kue berbentuk bulat ini memiliki makna bahwa setiap keluarga harus bersatu untuk memasuki tahun yang baru.

Untungnya dalam proses pembuatan kue berdasar beras ketan di Jogja ini relative aman. Hal ini karena para pengrajin kue yang ada mayoritas masih menggunakan teknik sederhana dan belum menggunakan obat-obatan.

Dikutip dari Antara hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen BBPOM Yogyakarta, Diah Tjahjonowati di Yogyakarta beberapa hari yang lalu, mengatakan BBPOM Yogyakarta telah mengambil beberapa sampel dan melakukan uji lab dan hasilnya tanpa zat berbahaya.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Meski demikian Diah tetap menghimbau agar warga senantiasa tetap waspada. Menurutnya bersihnya kandungan kue keranjang dari bahan berbahaya lebih karena proses pembuatannya yang masih tradisional.

Hingga saat ini BBPOM belum melakukan pengawasan intensif. Hal ini karena tingkat konsumsi masyarakat akan kue “special” yang satu ini belum seperti saat perayaan Idul Fitri maupun Natal.

Yang perlu diperhatikan kini adalah bila ada toko atau produsen yang menjual dengan harga miring atau diskon berlebihan. Diskon atau harga murah bisa jadi karena produk tersebut telah tidak standar semisal rusak, kadaluarsa atau menggunakan bahan pengawet dan zat berbahaya.

Pos terkait