Bagi kamu yang jalan-jalan ke Tamansari tak lengkap rasanya tanpa menyempatkan berkunjung ke Masjid Keraton Saka Tunggal. Letaknya persis ada di pintu masuk objek wisata Tamansari.
Dari luar mungkin masjid ini tak jauh beda dengan yang lain. Tapi begitu melongok ke dalam maka akan terlihat keindahan dan keunikan di dalamnya.
Indah karena memang dibangun dengan konsep yang matang dengan memperhatikan seni arsitektur Jawa. Sedang unik karena bisa jadi konsep ini tidak ada di tempat lain.
Masjid dengan satu tiang penyangga ini diresmikan pada 28 Februari 1972 oleh Sri Sultan HB IX. Masjid Keraton Saka Tunggal ini didesain oleh R. Ngabehi Mintobudoyo yang tak lain adalah arsitek asli Keraton Yogyakarta.
Dikatakan ada Pancasila dalam masjid ini karena satu tiang penyangga utama dan 4 tiang saka bentung. Tiang penyangga utama ini sebagai simbol akan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sedang 4 tiang yang lain adalah simbol sila kedua hingga kelima.
Empat tiang yang dipasang memusat seperti jari-jari payung memiliki makna bahwa negara harus menjaga kewibawaannya dengan senantiasa melindungi rakyatnya.
Keunikan tidak berhenti disitu tapi bahan yang digunakan untuk pembuatan tiang ini benar-benar istimewa. Untuk penyangga utama dibuat dari kayu jati berusia 150 tahun dengan ukuran 50 cm x 50 cm yang didatangkan langsung dari Cepu.
Sementara itu untuk 4 tiang penyangga di buat dari petilasan Sultan Agung Hanyokrokusuma. Bahan tersebut diambil dari daerah Pleret, Bantul.
Pada tiang penyanga utama terdapat ukiran sarat makna mulai dari Ukiran praba, yang dapat diartikan sebagai bumi, tanah, kewibawaan. Selanjutnya ada ukiran saton yang memiliki arti menyendiri (sawiji).
Ukiran lain yang nampakadalah Sorot yang memiliki arti sinar cahaya matahari. Tlacapan atau panggah, yang berarti tabah dan tangguh. Ceplok-ceplok berarti pemberantas angkara murka.
Tak lupa ada ukiran mirong berarti maejan atau nisan. Nisan ini senantiasa akan mengingatkan umatnya bahwa mereka akan kembali kepada yang kuasa.
Terakhir ada ukiran tetesan embun di antara daun dan bunga. Ukiran ini dapat ditemukan di di balok uleng yang memiliki arti sholatlah dimasjid maka akan mendapat keberkahan dari yang kuasa.
Selain memiliki nilai estetika masjid ini juga sarat makna dari sisi konstruksi. Bila diperhatikan dengan seksama maka akan ditemukan bahu dayung.
Pesan yang ingin disampaikan dari simbol ini adalah barang siapa yang senantiasa ibadah di masjid mkaka akan dijauhkan dari godaan duniawi yang mana godaan itu bisa berasal dari segala penjuru.
Tidak hanya itu saja, tapi masih akan ditemukan konstruksi berbentuk Sunduk yang berarti menjalar untuk mencapai tujuan, Santen berarti bersih suci (kejujuran) dan Uleng artinya wibawa. Ada Singup yang berarti keramat, Bandoga yang berarti hiasan pepohonan atau tempat harta karun. Tawonan berarti gana, manis, penuh.
Hampir semua keindahan dan keunikan itu ada diatap dan akan terlihat jelas manakala menengadahkan kepala. Diatap terdapat rangka masjid berupa Saka brunjung yang melambangkan upaya mencapai keluhuran wibawa.
Selain beberapa simbol diatas Masjid Keraton Saka Tunggal masih ada beberapa konstruksi yang mmeiliki pesan agar menjadi manusia yang lebih baik. Entah itu dalam kaitan habluminallah atau habluminnas.