Masih selama satu bulan ke depan pecinta seni di Jogja dan sekitarnya akan disuguhkan karya fantastis. Mereka unjuk gigi di Biennale Jogja XIII Equator #3 yang digelar di Jogja National Museum (JNM).
Bukan hanya berasal dari dalam negeri saja tapi masih ada belasan peserta dari Nigeria. Selain itu ada delapan komunitas yang ikut meramaikan event dua tahunan ini dengan perform yang tak kalah menarik.
Karya seni berkelas internasional yang ditampilkan kali ini cukup interaktif. Pengunjung dapat melihat sesuatu yang beda, bisa juga dikatakan unik kalau tidak mau di bilang aneh.
Even yang dibuka sejak Minggu (1/11) lalu ini mencoba mengajak pengunjung melihat seni dari kacamata yang berbeda. Salah satunya adalah Voice Of Equator karya Anggun Priambodo yang meletakkannya pada panggung setinggi 5 meter.
Baca juga: Seniman Jogja yang Mendunia
Lewat seni para pelaku hendak menyampaikan pesan salah satunya berupa kritik sosial. Setiap pengunjung bisa menafsirkan karya dengan cara berbeda.
Tema yang diambil dalam Biennale Jogja kali ini tidak jauh dari meretas konflik yang ada. Konflik selama ini dipandang sebagai sesuatu yang negatif padahal bisa juga dipandang dengan cara yang positif. Konflik yang dikelola dengan baik akan menghasilkan kreatifitas atau karya seni bernilai tinggi.
Konflik tersebut sering kali terjadi di sekitar kita. Bisa sesuatu yang sederhana tiba-tiba meruncing bisa juga yang bersifat laten layaknya bisul yang menuggu saatnya pecah.
Yang tak boleh terlewatkan tentu saja workshop yang digelar panitia. Diharapakan dengan pelatihan-pelatihan tersebut dapat mengarahkan siapa saja untuk melihat sesuatu dengan cara yang berbeda.