Art Exhibition; dari Kampung Ledok Tukangan ke Omah Budoyo

Ada yang beda saat kamu berkunjung ke Omah Budoyo yang ada di Jalan Karangkajen, No 793, Brontokusuman, Jogja. Tepatnya pada Sabtu (2/9) telah dilakukan pembukaan Art Exhibition hasil kerja bareng UNSW Sydney, UGM dan Omah Budoyo.

pameran seni kampung ledok tukangan
kanaljogja.id

Pameran seni ini merupakan tindak lanjut dari Project Mural Kampung Ledok Tukangan. Oleh karenanya usai mengunjungi Omah Budoyo ada baiknya lanjut ke Kampung Ledok Tukangan.

Dari pemeran seni ini kita akan bisa belajar lebih banyak tentang alam dan bumi. Di mana kondisinya saat ini sudah cukup memprihatinkan.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Tak hanya berakibat pada kerusakan semesta. Lebih dari itu juga merusak kesehatan reproduksi khususnya pada kaum perempuan.

Menjadi penting kemudian untuk menyuarakan kepada seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Tujuannya agar bumi tetap baik-baik saja, selain itu akan berdampak baik pula bagi kesehatan reproduksi.

Dari Kampung Ledok Tukangan ke Omah Budoyo

Saat berada di Omah Budoyo yang letaknya tak jauh dari Jalan Parangtritis ini pengunjung akan bisa melihat lebih dekat. Bukan hanya tentang apa yang ada di Kampung Ledok Tukangan yang ada di pinggir Kali Code, lebih dari itu ada pesan yang hendak disampaikan kepada siapa saja.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Ada puluhan karya yang bisa disaksikan di pameran ini. Selain ada lukisan dan foto pada kegiatan ini juga ditemukan seni instalasi.

Pada proses pembukaan pengunjung tidak saja dipersilakan menikmati karya seni yang ada. Lebih dari itu pengunjung diajak untuk mengikuti diskusi dengan tema yang cukup pelik seputar tantangan yang kita hadapi saat ini.

Pameran seni ini akan berlangsung selama satu bulan full dan akan berlangsung hingga 30 September 2023. Buat kamu yang belum datang sangat disarankan untuk berkunjung ke Omah Budoyo dan melihat karya apik ini dari dekat.

Mbok Siyem, Pekerja yang Tidak Diakui Sistem

mbok siyem
@patricapawestri

Dalam lorong pamer terdapat satu gambar yang cukup mencuri fokus. Gambar tersebut menampakkan seorang perempuan paruh baya yang sedang membawa cat.

Usut punya usut perempuan tersebut adalah Mbok Siyem. Warga Kulonprogo yang rela membanting tulang demi keluarga.

Dari diskusi yang dipaparkan diketahui bahwa Mbok Siyem pulang 2 minggu sekali guna mengumpulkan uang. Tak ingin habis diongkos ia bersama rekan-rekan buruh gendong di Pasar Beringharjo tidak pulang dan tidur di sekitar pasar.

Kisah ini tentu bisa menyentil siapa saja, terutama mereka yang enggan kerja keras dan ingin hasil instan. Cukup menarik tentunya dimana peran buruh gendong yang telah ada sejak puluhan tahun lalu tapi keberadaannya tidak ingin (harus, red) diakui.

Mereka tidak pernah melakukan demo atau unjuk rasa kepada pemerintah untuk kemudian diperhatikan. Mereka menjadi sosok wanita tangguh yang bisa bertahan dengan kemampuan (pribadi) masing-masing.

Dalam konteks kekinian tentu menjadi pesan bagi siapa saja untuk bisa belajar dan bekerja keras. Menjadi manfaat bagi keluarga, nusa dan bangsa.

Menjaga perempuan dari mara bahaya dan tidak merusaknya. Menghidupi perempuan sebaik mungkin dan tidak menjadikannya tulang punggung keluarga.

Tak kalah menarik ada pentas wayang Robot Gedheg Obah. Bercerita tentang bumi yang dulu dan saat ini. Kerusakan terjadi di mana-mana dan butuh peran aktif semua pihak untuk menjaga bumi tetap baik-baik saja.

Pos terkait