Bagi sebagian ABG momen valentine tentu menjadi momen yang begitu dinantikan. Tapi, perayaan valentine yang kebabalasan bisa membuat seseorang terlena dan terperosok dalam jurang.
Beberapa tahun yang lalu memang budaya valentine day cukup merebak. Hal ini tak lain karena banyak tempat yang menyajikan paket dengan merek dagang atau embel-embel hari kasih sayang.
Sesaat sebelum tanggal 14 Februari lihatlah pusat perbelanjaan, resto, hotel, tempat hiburan dan sejenisnya. Ditempat yang mewakili hedon itu pasti telah disulap dengan berbagai ornament warna pink atau merah muda yang konon adalah warna cinta.
Selain itu, media televise dan radio selalu mencekoki seluruh pemirsa dan pendengar. Bahwa mereka harus turut serta, ikut andil dalam perayaan ini. Iklan senantiasa diputar untuk mengingatkan atau mengundang kaula muda untuk datang dan merayakan Hari Kasih Sayang dengan segala kemewahannya.
Hal ini setidaknya terlihat ada beberapa bingkisan cokelat yang dijual dan didalamnya terdapat ‘sarung pengaman.’ Sangat disayangkan kalau perayaan momen kasih sayang ini banyak pasangan muda mudi yang belum resmi menikah melakukan hubungan yang ‘kebablasan.’
Mungkin bagi kita yang belum pernah ikut perayaan Hari Kasih Sayang tapi sering mendengar valentine identik dengan kebebesan seks; maka kita pasti bisa melihat semua itu jauh dari kesan baik. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan budaya kita dan juga bisa merusak moral bangsa. Bahkan dari sejarah yang ada juga telah mengalami perubahan dari makna aslinya.
Sangat miris tentunya kalau masih mengikuti tradisi hanya karena latah dan tidak tahu apa makna di dalamnya. Hanya sekedar ikut-ikutan dan ingin mendapat cap anak gaul dan mengikuti perkembangan jaman.