Batik Berkah Lestari Target Social Trip Bersama Dompet Dhuafa

Hari Selasa kemarin tanggal 23 Januari 2018 Dompet Dhuafa mengadakan acara Social Trip bertajuk Eating, Travelling, and Sharing Great Stories. Peserta terdiri dari para blogger Jogja dan rekan-rekan media yang diundang.

batik berkah lestari
@abdulah_za

Kegiatan ini adalah lanjutan dari acara pada hari sebelumnya di Lokal Resto Jl Gejayan Yogyakarta.  Fokus kegiatan Social Trip kali ini bertempat di salah satu sentra batik di DIY, tepatnya di desa Wukirsari, kecamatan Imogiri, kabupaten Bantul. Nama sentra batik tersebut adalah Batik Berkah Lestari.

Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini mewakili kanaljogja.id bersama blogger dan rekan – rekan jurnalis lainnya. Sekitar pukul 10.00, kami berangkat dari Hotel Neo+Awanna, yang dipilih oleh pihak Dompet Dhuafa menjadi titik meeting point.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Perjalanan menuju lokasi ditempuh sekitar setengah jam menggunakan mobil yang memang sudah disediakan oleh panitia. Lebih dari 10 blogger yang berangkat dari hotel. Terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Namun, kali ini komposisinya lebih didominasi oleh perempuan. Mobil yang saya tumpangi kebetulan berisi tiga orang blogger dari Komunitas Blogger Jogja ( KBJ ), dan seorang jurnalis salah satu media online nasional.

Letak lokasi yang kami tuju cukup jauh dari jalan utama. Setelah beberapa saat melewati jalan kecil, akhirnya mobil berhenti. Mata kami langsung disambut sebuah neonbox papan nama yang bertuliskan “Batik Berkah Lestari”.

Yes, kami sudah sampai.  Satu persatu peserta turun dari mobil. Kami semua langsung mengarahkan kamera ataupun ponsel masing-masing ke arah neonbox dan papan nama yang ada.  Cekrek, Cekrek, Cekrek, semua berusaha menggambil gambar terbaiknya.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Setelah dirasa cukup mengambil gambar papan nama yang terpampang, berlanjutlah kami eksplorasi sesuatu dibalik kain-kain batik yang sedari tadi tersampir di sana. Dibalik kain-kain itu ternyata terdapat beberapa orang perempuan yang rata-rata usianya sudah tak muda lagi.

Para perempuan itu sedang membatik. Mereka terlihat serius menggoreskan canting yang ada ditangan ke kain dihadapannya. Sesekali mereka mencelupkan canting miliknya ke dalam wajan berisi cairan panas berwarna cokelat yang selalu mengepulkan asap.

Diantara kami, ada yang sekedar memotret aktivitas para pembatik.  Ada juga yang sembari bertanya-tanya sedikit tentang apa yang sedang mereka kerjakan.

Saya sendiri sempat menanyakan kepada ibu Hasanah, salah satu pembatik tentang sudah berapa lama beliau membatik. Disela-sela goresan cantingnya, beliau bercerita bahwa profesi sebagai pembatik dilakokninya secara lebih serius semenjak pihak Dompet Dhuafa mengembangkan dan memberdayakan batik di desanya.

Tepatnya setelah gempa yang pernah terjadi di Bantul beberapa tahun yang lalu. Namun, sebelum itu, beliau juga sudah membatik, hanya saja intensitasnya tidak sebanyak setelah dibantu oleh pihak Dompet Dhuafa.

Setelah mengeksplore kegiatan para pembatik, seluruh peserta dikumpulkan untuk sesi pembukaan dan mendengarkan sambutan dari pihak Dompet Dhuafa, ScarfMagz, dan juga dari pihak Batik Berkah Lestari sendiri.

Sambutan dari pihak Scarfmagz diwakili oleh Temmy Summarlin, mengungkapkan pandangannya tentang batik. Beliau menjelaskan yang intinya, batik adalah alat untuk menjaga heritage dan budaya dari arus industri yang semakin maju.

Sementara sambutan dari bapak Bambang dari Dompet Dhuafa selaku penyelenggara event ini mengungkapkan bahwa batik  adalah bagian dari identitas kita. Kemudian yang menjadi catatan adalah bagaimana caranya agar batik dan nilai-nilai dibaliknya itu bisa populer di masyarakat.

Sambutan terakhir adalah dari mbak Erni, selaku pihak Batik Berkah Lestari. Mbak Erni bercerita kepada kami sedikit tentang alat dan bahan yang digunakan untuk membatik.

Mulai dari Canting, malam (tinta batik), serta kain yang digunakan. Beliau juga bercerita bahwa kedatangan para peserta ke sentra batik Imogiri ini tak salah tempat. Dikarenakan dahulunya pembatik di sini adalah pembatik keraton, jadi memang sudah keturunan.

Setelah mendengarkan sambutan dan sedikit pengetahun tentang batik, kami semua diarahkan untuk praktek membatik langsung. Namun, dikarenakan waktu yang terbatas, kain yang kami gunakan tidak sebesar yang biasanya dipakai para pembatik disana.

Membatik adalah hal yang tak mudah. Begitulah pengalaman yang saya rasakan. Mulai dari cara memegang canting, cara menggoreskannya, dan juga bagaimana cara meletakan kain mori, semuanya tidak bisa asal dan sembarangan.

Misalnya, ketika menggoreskan canting yang sudah berisi malam, sebaiknya posisi canting itu sedikit diangkat vertikal dan dimiringkan secukupnya. Tujuannya agar cairan malam yang keluar tak terlalu deras.

Selain peserta yang berasal dari para blogger dan rekan-rekan media, kebutulan saat itu ada artis ibukota yang mengikuti praktek membatik juga. Dia adalah Chikita Fauzi, putri dari musisi kawakan Ikang Fauzi.

Praktik membatik selesai, saatnya istirahat dan makan. Tempat kami untuk berisitirahat dan santap siang tak jauh dari lokasi membatik, cukup jalan kaki saja.

Disela-sela waktu istirahat dan makan, dimanfaatkan dengan kegiatan outbond kecil-kecilan, dan membuat keris dari bahan daun kelapa. Dimana semua itu sudah ada panitia yang mengarahkan.

Setelah waktu istirahat selesai, kami semua kembali menuju tempat membatik. Tak disangka, kain batik milik para peserta sudah selesai diberi warna dan terlihat berjejer di tali jemuran. Semuanya memilih batik miliknya. , beberapa juga ada yang membawanya pulang.

Selayaknya sebuah event pada umumnya, akhir dari sebuah acara biasanya adalah sesi foto bersama. Ya, para blogger jogja dan peserta lainnya serta pihak penyelenggara plus Chikita Fauzi, semuanya bergaya didepan kamera.

Meski ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan bersama para blogger, namun hal baru yang didapat cukup banyak. Mulai dari belajar membatik, bertambah kenalan teman blogger dan rekan dari media.

Dan, yang paling penting jadi tahu bahwa batik adalah suatu keterampilan dan karya yang patut kita lestarikan keberadaanya. Seandainya belum sanggup mempraktikannya, kita bisa bersikap dengan tidak meremehkan batik itu sendiri. Dikarenakan proses membatik itu tak semudah yang dibayangkan, khususnya batik tulis.

Bonus untuk para peserta dari rangkaian kegiatan kali ini adalah berkunjung ke bukit pandang Songgo Langit. Sayangnya, dikarenakan hari sudah sore, tidak semua peserta bisa mengikuti bonus dari penyelenggara ini.

Terimakasih untuk Dompet Dhuafa, teman blogger, rekan media dan semua pihak yang mendukungnya. Semoga bisa berjumpa dilain kesempatan, lagi.  Semangat!

Pos terkait