Bagi pecinta teater khususnya seni gerak tanpa kata (pantomim, red) tentu tak asing dengan sosok Jemek Supardi. Salah satu sosok maestro pantomim Indonesia dari Jogja ini telah tiada. Namun karyanya hampir pasti masih dikenang hingga kapanpun.
Bagaimana tidak, semasa hidupnya Jemek Supardi mengabdikan diri pada seni gerak. Banyak hal telah ia torehkan, terutama tentang bagaimana mengungkapkan kegelisahan secara non verbal. Terlebih sosoknya yang begitu unik dan khas hingga mudah dikenali oleh siapapun.
Dalam rangka 100 hari meninggalnya Jemek Supardi, Komunitas Rumah Pantomim Yogyakarta didukung Dana Keistimewaan melalui Taman Budaya Yogyakarta akan menggelar MIMORI. Mengajak siapa saja untuk mengenang karya Jemek Supardi dan menjadikan pantomim sebagai seni gerak, bukan seni diam apalagi bisu.
Banyak agenda telah mereka siapkan untuk memanjakan para pecinta pantomim di tanah air. Khususnya mereka yang tengah berada di Kota Jogja dan sekitarnya.
Baca juga: TBY Gelar Festival Pantomim Yogyakarta Terbuka untuk Umum dan Gratis
MIMORI Pantomim sebagai Seni Gerak
MIMORI sendiri berasal dari kata Mime dan Ori. Mime bisa diartikan sebagai gerak tubuh tanpa kata. Sementara itu Ori berasal dari kata original atau asli.
Bila disederhanakan maka MIMORI bisa diartikan sebagai movement atau gerak tubuh secara sadar yang berasal dari masa lalu kemudian dihidupkan kembali. Pun demikian apa yang dilakukan para pemain pantomim. Di mana mereka bisa melakukan kritis sosial yang begitu pedas tanpa harus bersuara.
Pria yang lahir di Sleman ini senantiasa berkomitmen, bagaimana ia telah memilih seni sebagai jalan kehidupan dan memiliki tanggung jawab untuk senantiasa berkarya. Satu hal yang tidak bisa ditawar dimana karya harus senantiasa diciptakan apapun kondisinya.
Lebih jauh ia percaya bahwa dalam setiap karya itu akan ditandai gerak. Setelahnya akan muncul jejak dan sosok-sosok baru yang akan menjadi ‘memori’ berikutnya.
Rangkaian Acara MIMORI Mengenang 100 Hari Jemek Supardi
Kegiatan ini akan berlangsung selama 3 hari, mulai tanggal 21 hingga 23 Oktober 2022. Mengambil tempat di Gedung Societet Military Taman Budaya Yogyakarta berbagai agenda menarik telah disiapkan.
Pada hari pertama akan digelar opening ceremony yang dilanjutkan dengan pameran. Banyak foto telah disiapkan yang mana mayoritas menampilkan Jemek saat beraksi. Selain itu ada pula seting rumah seniman kenamaan ini.
Hampir bisa dipastikan mereka yang pernah berkunjung saat melihat tempat ini seolah sedang di rumah beliau. Ada pula motor listrik kesayangan dengan plat nama KAESANG turut dipajang.
Setelah itu bisa melihat reportoar atau pementasan pantomim di stage utama. Di hari pertama akan tampil Reza Mime Club, Mime 9 Solo dan Doddy Micro.
Selanjutnya di hari kedua akan ada workshop pantomim. Hampir bisa dipastikan para pecinta pantomim akan hadir dalam sesi ini karena ada banyak hal menarik bisa dipelajari.
Menjelang sore hingga malam akan ada pentas Pantomim Arek Surabaya, Palembang Mime Club dan Asita Kaladewa. Patut ditunggu kehadiran putri semata wayang Jemek Supardi, Kinanti Sekar yang akan menari.
Dan di hari terakhir masih ada dialog pantomim Indonesia yang akan membahas masa depan pantomim tanah air selepas meninggalnya sang maestro pada 16 Juli 2022 lalu. Di hari ketiga ini setidaknya akan ada Kopimoka Mime, Purworejo Mime, Sagalokamime dan dipungkasi Septian Dwi Cahyo Studio.
Dari Jogja sendiri yang akan hadir dan mengisi acara ada nama-nama tenar di dunia seni gerak tanpa kata seperti Deddy Ratmoyo, Broto Wijayanto, Asita Kaladewa, Jamaluddin Latif, FZ Enderiza dan Doddy Micro.