Ada yang beda dalam Pekan Budaya Difabel tahun ini. Mengusung tema “Ngayomi Ngayemi” mereka ingin lebih dekat dengan masyarakat secara keseluruhan.
Tanpa sekat, para penyandang difabel akan kerja bareng dengan masyarakat setempat untuk suguhkan hiburan dan edukasi bagi masyarakat luas. Tempat yang dipilih dalam gelaran kali ini adalah Desa Wisata Kebon Agung yang ada di Imogiri, Bantul.
Berbagai suguhan mereka siapkan selama 6 hari. Mulai tanggal 28 November hingga 3 Desember 2022.
Didukung penuh Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, mereka akan membuat desa wisata tersebut semakin berdaya. Ketika berkunjung, wisatawan tidak saja disajikan panorama khas keindahan desa.
Lebih dari itu ada unjuk kebolehan dari teman-teman difabel. Mereka ingin memperkenalkan pada dunia bahwa yang difabel mampu berkarya apik layaknya orang-orang kebanyakan.
Usung Tema Ngayomi Ngayemi
Seperti gelaran pada umumnya, pekan budaya difabel ini pun miliki tema. Di mana tahun ini mengusung tema Ngayomi Ngayemi.
Sepintas lihat dari gambar yang ada, kita akan menemukan 2 daun pisang. Satu ada disisi atas sebagai simbol ngayomi dan satu ada disisi bawah sebagai simbol ngayemi.
Di desa banyak hal bisa ditemukan dan salah satunya tentu saja daun pisang. Dan berbekal daun pisang saja kita bisa menemukan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Berangkat dari hal itu panitia pun berharap dengan adanya pekan budaya difabel ini bisa memberi nilai lebih bagi masyarakat setempat khususnya. Ada banyak hal bisa diambil dan memberi makna lebih dari apa yang ada di sekitar kita tanpa kecuali.
Semua kegiatan yang ada sifatnya gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja. Dan kamu ada baiknya juga untuk hadir dan melihat lebih dekat, melihat hal-hal menarik dan luar biasa yang juga bisa dilakukan kawan-kawan difabel.
Pekan Budaya Difabel 2022
Merunut pada sejarah, tahun ini menjadi tahun ketiga dari adanya Pekan Budaya Difabel. Sebelumnya kegiatan yang cukup menarik ini dikenal dengan nama Jambore Difabel dan dilaksanakan pada tahun 2016 lalu.
Dan kemudian untuk lebih menggairahkan kegiatan maka berubah nama menjadi Pekan Budaya Difabel pada 2019. Bila sebelumnya panitia memilih lokasi di panggung yang telah tertata maka kali ini mereka ingin hadirkan sesuatu yang berbeda.
Bukan lagi di Taman Budaya Yogyakarta atau sejenisnya yang ada di pusat kota. Dan kali ini mereka memilih di desa yang jaraknya bisa lebih dari 20 kilometer dari pusat kota. Berharap lebih bisa membaur dan bersatu dengan masyarakat pada umumnya.
Kali ini pun mereka telah menyiapkan 3 panggung dan berbagai atraksi sebagai tontonan dan tuntunan. Hiburan yang bukan hanya menyegarkan tapi juga memberikan nilai-nilai edukasi.
Panggung tersebut antara lain Panggung Ayom, Panggung Ayem dan Panggung Esem. Di hari pertama para tamu akan dihibur penampilan apik Puser Bumi dan guest starts. Sosok yang pasti dekat dengan kota Bantul itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa Puser Bumi menjadi salah satu grup musik lokal difabel yang mampu berbicara dikancah internasional. Di mana mereka pernah tampil di Korea Selatan beberapa waktu lalu.
Selanjutnya di hari kedua selain ada talkshow juga ada workshop. Para pengunjung akan diajak belajar tentang Bisindo dan melukis penthongan secara langsung. Di malam hari akan ada hiburan berupa ketoprak Lesung dari komunitas Teater Timoer dan Kopimoka.
Di hari ketiga masih ada workshop serupa dengan berbagai hiburan apik lainnya. Minishow: Alice in Wonderland akan tetap hadir sepanjang hari.
Patut ditunggu nantinya di hari terakhir akan ada pagelaran wayang. Di mana yang akan menjadi dalang adalah seorang difabel dari Gunungkidul.
Baca juga: Mimori Hadirkan Kembali Sosok Jemek Supardi
Lebih Dekat dengan Sulistyo Cuplik
Satu nama yang akan mencuri fokus dalam gelaran kali ini tentu saja ada nama Sulistyo atau yang akrab dipanggil Cuplik. Putra daerah Kebon Agung ini meski memiliki keterbatasan dalam hal fisik tapi mampu berkarya hingga tingkat nasional.
Selain menjadi atlet paralimpik, sosoknya juga sukses menjadi inspiratif bagi para difabel. Ia mampu bekerja dan berkarya seperti pada umumnya.
Dan bila kamu berkunjung ke Pekan Budaya Difabel ini harus menemuinya. Belajar tentang semangat dan kerja keras dan tidak mau menyerah pada keadaan.
Selain Sulis, mereka yang miliki andil besar dalam gelaran ini tentu saja ada Dian Lakshmi Pratiwi, SS, M.A. selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs Aryanto Hendro Suprantoro selaku Kepala Seksi Seni Dinas Kebudayaan DIY, Broto Wijayanto Selaku Ketua Panitia dan Pimpinan Produksi serta Patoni yang tak lain adalah Ketua RT setempat, di mana Pekan Budaya Difabel 2022 ini digelar.