Menulis itu membuatku merasa terus jatuh cinta setiap hari. Tak pernah berkurang dan justru bertambah layaknya blog at first sight.
Iya, blog at first sight dalam arti sesungguhnya dimana saya jatuh cinta sejak kali pertama bertemu. Diperkenalkan salah seorang kawan dimana boleh kita bekerja sebagai kuli tinta untuk media orang lain.
Selebihnya kita harus punya wadah untuk menuangkan ide, gagasan atau kegelisahan yang sering kali muncul. Jangan biarkan apa yang ada di hati dan pikiran hilang tanpa bekas.
Benar kiranya menulis adalah pekerjaan keabadian. Baik itu menulis dalam buku cetak maupun tulisan yang kemudian kita titipkan dalam bentuk digital.
Berharap apa yang kita tulis saat ini masih ada dan masih bisa dibaca. Entah itu 50 tahun, 100 tahun atau 1000 tahun.
Sadar betul usia terus berkurang dan bisa jadi rata-rata usia kita lebih kurang di angka 63 tahun dan dengan menulis maka apa yang menjadi buah pikiran akan tetap bisa dinikmati hingga anak cucu kelak.
Menulis bukan semata-mata mencurahkan apa yang ada. Lebih dari itu pastinya ada pesan yang ingin disampaikan. Dan buat kamu yang belum memulai untuk menulis maka kini saatnya lakukan.
Baca juga: Pandemi Memaksaku Banting Stir
Blog at First Sight
Ketika kamu menulis Blog at First Sight maka bisa jadi akan ditemukan banyak alasan diantara mereka. Hal apa yang kali pertama membuat tertarik dan bertahan.
Mayoritas dari kawan-kawan blogger yang setia bertahan hingga saat ini untuk tetap menulis berpendapat bahwa “menulis senantiasa membuatku bahagia.” Iya bahagia dalam arti yang sesungguhnya bukan hanya sebatas kesenangan sesaat.
Lain cerita mungkin bila kita temukan ada beberapa kawan blogger yang hanya bisa bertahan dalam hitungan bulan dan berhenti. Mungkin, selain karena kesibukan lain karena menulis atau ngeblog bukan jalan yang pas.
Menulis atau pekerjaan apapun itu sejatinya butuh passion, butuh rasa dimana dengan melakukan hal tersebut hati akan terus bahagia. Lain cerita bila memang orang ingin menjadi blogger karena terobsesi menjadi ladang penghasilan.
Benar ada yang sukses tapi pastinya ada banyak pula yang gagal. Mereka yang berhasil ini setidaknya butuh waktu tak kurang dari 3 tahun dan merasakan adanya fase naik turun.
Belum lagi untuk menjadi seorang blogger miliki banyak tantangan maupun kompetensi yang harus dimiliki. Mulai dari kemampuan menulis yang apik hingga menyusun tata letak atau lay out.
Akan lebih baik lagi bila seorang blogger miliki kemampuan coding, design grafis hingga digital marketing. Paket lengkap bila ada seorang blogger miliki kemampuan tersebut.
Biasanya seorang blogger fokus akan satu kompetensi dan selebihnya tahu akan hal-hal yang sifatnya basic atau dasar. Menjadi penting kemudian untuk bagaimana terus upgrade skill sehingga bisa menjawab tantangan zaman.
Tantangan Seorang Blogger
Hingga saat ini diantara ratusan blogger yang ada mungkin yang berani ambil sikap dan mengatakan blog adalah jalan ninjaku hanya segelintir saja. Selebihnya hanya sebatas sambilan.
Ada diantara mereka adalah karyawan yang miliki blog. Ada diantara mereka mahasiswa yang aktif mengelola blog dan ada pula mereka yang miliki usaha dan juga miliki blog sebagai ajang curhat.
Padahal bila kita berkaca dengan mereka yang sukses blog bisa dijadikan satu ladang atau industri yang strategis. Ada yang tiap bulan punya penghasilan ribuan dollar, ada yang satu artikel di hargai ratusan dollar dan tak jarang sekali menang lomba hadiah mencapai dua digit.
Hal-hal hebat itu hanya didapat mereka yang benar-benar menjalani blog sebagai profesi. Digarap dengan serius dan miliki visi jauh ke depan.
Baca juga: Suka Duka Ngeblog
Menjaga Konsistensi Menulis
Pertanyaan selanjutnya untuk menjaga agar cinta itu tetap membara menjadi teka-teki. Bisa jadi rumus yang berlaku untuk si A tidak berlaku untuk si B.
Oleh karena itu benar kiranya untuk tahu pasti kapan jatuh cinta dengan dunia yang satu ini dan jaga baik-baik. Layaknya kita jatuh cinta dengan pasangan.
Tetap harus dijaga dan dirawat. Kalaupun rasa itu naik turun adalah satu hal yang wajar. Paling penting jangan sampai hilang.
Bagi saya pribadi, menulis itu menjadi sebuah candu. Akan terasa menyakitkan bila ritus untuk menulis itu tiba-tiba tidak ada.
Menulis tak ubahnya menjadi booster untuk menjaga agar hati dan pikiran tetap hidup. Untuk sampai pada tahap tersebut haruslah dikasih asupan yang cukup.
Bisa dengan membaca, melihat dan mendengar apa yang ada di sekitar kemudian di tuliskan versi pribadi. Menulis tak ubahnya memproduksi dan untuk sampai pada tahap itu tetap butuh bahan baku.
Jangan harap konsistensi menulis itu ada bila bahan baku saja tidak disiapkan. Pertanyaan selanjutnya hari ini sudah belajar apa setelah Blog at First Sight.