Jogja kreatif, bagaimana menjadikan sesuatu yang telah tidak memiliki nilai menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satu yang dikembangkan kini adalah ecobricks atau batu bata ramah lingkungan.
Menjadikan sampah plastik yang diketahui tidak bisa terurai dalam waktu singkat ini menjadi “sesuatu.” Salah satu contoh kini yang sedang dikembangkan adalah dibuat bangku dan menjadi alat permainan edukatif. Selain itu ecobricks masih bisa dibuat menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan.
Semua kembali kepada kreatifitas. Tidak lagi hanya memiliki nilai guna tapi juga keindahan dan estetika ada di dalamnya.
Pentingnya sampah plastik untuk di daur ulang ini karena Jogja mampu memproduksi sampah tak kurang dari 240 ton perhari dan 14 persennya berupa sampah plastik. Bila tidak dilakukan suatu tindakan nyata bisa dipastikan sampah-sampah tersebut akan menggunung.
Bagaikan buah simalakama, plastik bila ditimbun akan hancur dalam waktu puluhan tahun. Sementara itu bila di bakar akan menghasilkan racun yang mencemari udara.
Ecobricks ini dikembangkan oleh Russell Maier dan Ani Himawati. Dalam prosesnya mereka dibantu Jejaring Pengelola Sampah Mandiri. Mereka berupa bagaimana sampah plastik ini bisa dikendalikan, salah satunya menjadikan benda yang memiliki nilai guna lain berupa batu bata.
Menurut Russel pembuatan ecobricks sangatlah mudah. Hanya dengan mencuci sampah plastik kemudian dikeringkan untuk kemudian dimasukkan dalam botol plastik. Untuk satu botol plastik berukuran 600 mililiter membutuhkan 250 gram sampah plastik atau setara 2500 bungkus mi instan.
Dalam prosesnya mereka kini telah membuat setidaknya 6000 ecobriks. Artinya sekitar 15 juta bungkus mi instan telah diolah dalam bentuk lain.
Ke depan tentu diharapkan agar seluruh warga Jogja mau mengumpulkan sampah plastik untuk diolah dalam bentuk lain dan modalnya cukup kreatifitas saja. Minimal bila tiap individu mampu mengurangi jumlah sampah setidaknya Jogja akan lebih berhati nyaman.