Berbicara tentang Gunungkidul tak hanya sekedar objek wisata alam saja. Lebih dari itu juga ada aneka kuliner yang benar-benar bisa nendang lidah.
Selain ada walang goreng dan thiwul ada baiknya mencoba sate Pak Turut. Sate yang hampir 3 dekade mewarnai kuliner di kota Handayani.
Sate ini beda dengan sate pada umumnya, hal ini karena sate Pak Turut mengandalkan aneka bumbu yang ada di dalamnya yang bernama kopyokan. Bumbu khas ini di masak selama 4 jam dan mengental menjadi semacam kari.
Membuatnya semakin mudah meresap ketika dibakar bersama daging kambing muda. Terlebih proses pembakaran di tempat ini dilakukan dua kali.
Selain untuk mempercepat proses memasak, hal ini secara tidak langsung akan memaksa bumbu meresep hingga bagian paling dalam. Hasilnya menjadi sate kaya rempah yang benar-benar lezat saat ada di dalam mulut.
Sate Pak Turut Komitmen Pertahankan Citarasa
Kini warung sate yang di wariskan almarhum Pak Turut ada di 4 tempat atau cabang. Pihak pengelola yang dipegang oleh Ibu Mini yang tak lain adalah anak Pak Turut menjamin bahwa rasa yang dijual sama.
Hal ini karena bumbu atau cara untuk memasak saja saja. Tak ada perlakuan yang berbeda.
Meski buka dari pagi hingga sore hari ada baiknya datang pada siang hari saat matahari terik dan perut keroncongan. Untuk tempat yang paling disarankan ada di Jalan Kesatriaan, Wonosari.
Sebagai penunjuk paling mudah mencari alun-alun Wonosari karena di sinilah pusatnya. Dengan demikian hampir semua orang akan bisa menemukannya.
Jadi bila memang ada perjalanan atau liburan wisata ke Gunungkidul sangat disarankan untuk mampir ke warung sate yang termasyur ini. Lokasi yang sangat strategis dan hampir pasti dilalui menjadi nilai plus.
Harganya juga masih standar, tidak mahal dan tidak murah. Harga yang diberikan sesuai dengan kelezatan yang di dapat. Dengan modal Rp 20.000 pembeli sudah dapat menikmati Sate Pak Turut.
Jangan lupa agar lebih nikmat pesanlah teh panas gula batu. Sajian teh yang harum agak sepet memberi sensasi yang beda.
Terlebih pemanis yang digunakan bukan gula pada umumnya, melainkan menggunakan gula batu. Tentu saja dengan menikmati sajian khas Gunungkidul akan semakin melengkapi liburan, tentang bagaimana memanjakan mata dan lidah secara bersamaan.