Semua itu berawal dari mimpi dan cita-cita. Apa yang kita ingin atau harap selama itu konsisten memperjuangkan pasti ada jalan. Bekerja di rumah mungkin itu salah satu impian saya.
Di mana banyak di antara mereka yang berjuang di kantor yang megah dan bonafide. Atau mungkin mereka yang ingin bekerja di kawasan yang elite.
Namun entah mengapa diri ini merasa nyaman dengan situasi itu. Meski berada dalam kantor yang cukup bagus tetap saja merasa rumah adalah tempat terbaik untuk bekerja.
Bekerja dengan ketidakpastian tentu menuntut effort yang jauh lebih besar daripada menjadi seorang karyawan. Karyawan selama bekerja dalam batas normal maka dia dipastikan akan mendapat upah di akhir bulan.
Suka Duka Bekerja di Rumah
Lain hal dengan mereka yang bekerja di rumah. Tidak ada namanya upah pokok yang akan diterima tiap akhir bulan. Yang ada adalah fee atau upah yang diterima usai menyelesaikan setiap tugas.
Jadi bila dalam satu bulan menerima 3 atau 4 pekerjaan maka bisa dipastikan pula bila itu diselesaikan maka pendapatan tak cukup sekali. Selama ini saya masihlah pemula dan pendapatan juga masih receh dari skala puluhan ribu hingga ratusan ribu.
Tetapi bila dalam satu pulan itu setidaknya ada belasan hingga puluhan job bisa dikerjakan maka hasil di dapat tak jauh beda selama menjadi karyawan atau pekerja kantoran. Tak jarang pula pendapatan bisa jauh lebih besar.
Hanya saja kembali suka duka bekerja di rumah mungkin belum banyak yang tahu. Mungkin dulu saat lajang kerja di rumah itu begitu menyenangkan. Bagi saya bisa dikatakan sebagai surga dunia karena tak ada yang perlu dipikirkan selain bersenang-senang dapat duit.
Kapan Mau Kerja, Kapan Mau Tidur itu Bisa Diatur
Selama orang tua dan keluarga tahu apa pekerjaan saya maka tak perlu kuatir bila seharian ada di dalam kamar. Mau tidur dari jam enam pagi hingga pukul 2 siang juga tidak ada masalah karena sekali lagi mereka tahu apa yang saya kerjakan di malam hari.
Namun kini setelah memiliki keluarga ternyata suka duka bekerja di rumah menjadi nano-nano. Dan buat kamu bila belum siap ada baiknya pikir masak-masak sebelum memutuskan kerja di rumah.
Saat ini saya bekerja di rumah juga tanpa diduga. Imbas adanya pandemi covid-19 membuat tempat saya bekerja melakukan pengurangan karyawan. Dan saya salah satu yang terkena dampak dan harus rela kehilangan pekerjaan sementara.
Meski demikan tak perlu menyikapi dengan cara berlebihan. Harus bisa menjaga kesehatan mental supaya hati dan pikiran tetap waras.
Dikatakan sementara karena status bukan di PHK tetapi lebih dirumahkan. Nanti bila kondisi membaik maka mereka yang dirumahkan akan kembali bekerja.
Dirumahkan sejak 1 April 2020 hingga entah kapan tak ada yang bisa menjawab. Yang ada kemudian adalah bertahan dengan segala kreativitas yang ada.
Beruntung memiliki sedikit ketrampilan dalam bidang tulis menulis maka saya pun kembali fokus pada dunia yang sempat ditinggalkan beberapa saat. Hingga saat ini jelang akhir Mei 2020 masih berada di rumah dengan aktifitas menulis.
Jujur kalau dari sisi pendapatan meski ada di rumah tak jauh beda dengan yang didapat selama menjadi karyawan. Hanya saja ternyata bekerja di rumah saat ini jauh beda dengan yang dirasakan dulu sebelum berkeluarga dan ini beberapa catatan yang ada.
1. Bekerja dekat dengan keluarga
Siapa sih yang tidak suka bekerja dekat dengan keluarga. Bukankah kita kerja untuk keluarga dan tentu ini menjadi kebahagiaan yang hakiki bagi siapa saja yang bisa kerja dekat dengan keluarga.
Tak jarang juga kita temukan mereka yang beralasan kerja untuk keluarga harus keluar kota, keluar pulau hingga keluar negeri. Tak perlu jauh, periuk nasi pun terisi.
2. Waktu kerja flexibel
Kerja di rumah itu memiliki waktu flexibel dan bisa jadi kita akan bekerja 1×24 jam. Kapan ingin bekerja atau kapan ingin istirahat kita bisa atur sesuka waktu.
Bahkan di jam kerja normal pun kita bisa jalan-jalan keluar rumah dengan mudah. Atau mungkin pengen traveling keluar kota sangat bisa. Bekerja di rumah itu tak ubahnya kita memiliki kantor sendiri, di mana ada laptop, internet dan smartphone maka sudah bisa bekerja dan tidak butuh waktu dan ruang khusus.
3. Managemen waktu
Perhatikan manageman waktu bila tidak ingin semua pekerjaan berantakan. Apa yang ditargetkan hari ini harus selesai hari ini. Apa yang ditargetkan selesai minggu ini juga harus selesai minggu ini.
Bila tidak selesai dan job terus berdatangan maka siap-siap akan tergulun deadline. Tak enak bukan bila bekerja itu harus dikejar-kejar klien. Paling enak itu tentunya bila kita bisa kontrol terhadap segala hal hingga kita memungkinkan spare waktu untuk kita me time.
Belajar dari pengalaman rekan-rekan audit di mana dalam setiap proses audit mereka biasanya memliki waktu 7 hingga 9 hari kerja. Mereka seringkali memaksa diri untuk menyelasaikan pekerjaan diawal di mana sisa waktu kemudian bisa digunakan untuk liburan.
Kini tak hanya berstatus sebagai seorang suami, tapi juga menjadi seorang ayah bagi balita tentu harus bisa atur waktu lebih baik. Sang anak tentu sangat bahagia ketika ayahnya setiap hari ada di rumah.
Tapi ingat, jangan lengah dan hanya bermain kemudian lupa dengan apa yang harus di selesaikan. Beruntung ada sosok perempuan yang turut serta dalam proses pendidikan anak.
4. Hemat ongkos dan tidak perlu macet
Dengan bekerja di rumah pastinya kita tidak perlu keluar biaya untuk beli bensin atau ikut merasakan macetnya jalanan. Hal ini juga menjadi alasan klasik bagi saya mengapa ingin bekerja di rumah.
Seperti yang kita ketahui bahwa banyak pekerja menghabiskan waktu selain itu bekerja di kantor adalah perjalanan pulang pergi. Beruntung bagi mereka yang cukup beberapa menit saja untuk berjibaku dikerasnya jalanan.
Tetapi tak jarang mereka yang menghabiskan waktu hingga 4 jam untuk pulang pergi. Yang ada kemudian saat ada di kantor telah kelelahan. Demikian pula saat kembali berada di rumah juga energi habis. Satu ritus yang sangat menakutkan bukan bila hal ini terjadi sepanjang hidup.
5. Minim suasana kerja
Berbeda ketika kita bekerja di kantor dengan mudah akan ditemukan suasana kerja yang kondusif. Lain hal bila bekerja di rumah bisa dipastikan suasana kerja hanya ada sesuai dengan apa yang kita ciptakan.
Bila kita tidak disiplin maka suasana kerja akan sangat selow dan hal ini tentu akan memengaruhi produktifitas. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mensiasati hal ini.
Baca juga: Tetap Produktif dan Lakukan yang Terbaik
Pertama dengan menerapkan target hasil. Cara ini cukup mudah yakni dengan menargetkan satu hari harus dapat menghasilkan angka berapa. Semisal bila dalam satu hari mentargetkan sekian ratus ribu dan itu sudah tercapai maka bisa kendorkan pekerjaan.
Kedua dengan target proses, bila dalam hari berjalan ternyata tidak ada job yang menghasilkan maka harus menerapkan targer proses semisal berapa konten dalam satu hari harus diproses.
6. Minim kontrol
Bekerja di rumah atau menjadi seorang netprenuer bisa jadi kita akan lengah karena minim kontrol. Hal ini terus terang jadi momok karena akan meninabobokan kita.
Minim kontrol ini bisa disiasati dengan membuat target besar atau target bulanan yang kemudian di breakdown. Dalan prosesnya juga harus menyertakan kegiatan pendukung untuk mencapai gol besar.
7. Terlalu banyak printilan
Satu hal yang bisa jadi bikin kita susah bekerja di rumah itu bila ada pekerjaan domestik harus diselesaikan saat itu juga dan tidak bisa ditunda. Kegiatan itu bisa jadi adalah tiba-tiba galon atau gas habis dan harus isi ulang.
Kelihatan remeh tetapi bila tidak diperhatikan waktu akan habis untuk hal-hal yang seperti ini. Bila terlena bisa jadi akhirnya mood akan hilang dan susah membangkitkan kembali.
Bila sudah tahu ada banyak hal terkait suka duka kerja bekerja di rumah masihkah kamu menginginkannya.