Teras Malioboro – Malioboro sudah lama menjadi ikonik kota Jogja. Banyak wisatawan yang menjadikan jalan ini sebagai tempat tujuan ketika sampai di Jogja. Mereka berjalan-jalanan memotret keramaiannya yang tidak pernah ditemukan di daerah lain.
Ada banyak hal yang membuat Malioboro menjadi tempat yang menyenangkan untuk disinggahi ketika di Jogja. Pertama, pedagang kaki limanya yang menjadi ciri khas Malioboro.
Di jalan tersebut, banyak sekali pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai hal. Mulai dari makanan hingga pernak-pernik yang bisa dijadikan oleh-oleh.
Selain itu, yang kedua adalah acara-acara ‘dadakan’ seperti live musik, pentas seni dan lainnya membuat Malioboro semakin meriah dan menyenangkan dikunjungi. Namun akhir-akhir ini semua itu seolah sirna dari Malioboro.
Kebijakan pemerintah Jogja yang mengalokasikan pedagang kaki lima Malioboro ke bekas bioskop Indra seolah mencabut ciri khas dari Malioboro itu sendiri. Kini jalanan Malioboro tampak begitu sepi.
Tidak ada pedagang kaki lima dan pengunjung pun juga semakin sepi. Pedagang kaki lima mulai Februari tahun 2022 pindah ke tempat yang sudah disediakan oleh pemprov Jogja yakni di Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.
Baca juga: Menyelami Romantisme Malioboro
Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2
Sebelum dirombak menjadi Teras Malioboro 1, bangunan ini pernah lama menjadi bioskop. Bahkan apabila ditelisik lebih jauh, bangunan ini dicatat pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Jogja sebagai bioskip pertama di Jogja. Bioskop ini beroperasi sejak tahun 1916.
Ketika masa kolonial, bioskop tersebut bernama Al Hambra dan Mascot. Bioskop tersebut berubah nama ketika Indonesia Merdeka menjadi Indra.
Bioskop tersebut dulunya ramai pengunjung. Banyak sekali orang-orang berbondong-bondong menonton film di bioskop tersebut.
Namun seiring berjalannya waktu, banyak sekali Mall-mall berdiri di Jogja, membuat bioskop tersebut terpinggirkan. Karena orang-orang lebih senang datang ke Bioskop di Mall ketimbang di bioskop sebelumnya. Sedangkan Teras Malioboro dua, dulunya merupakan kantor Dinas Pariwisata DIY.
Dibumbui Polemik dan Sengketa
Proses relokasi para PKL Malioboro ini dipenuhi dengan huru-hara. Polemik-polemik bermunculan.
Mulai dari para pedagangnya yang menolak mentah-mentah dengan cara susah-payah hingga bercucuran keringat dan air mata, hingga polemik proses perombakan bangunan eks bioskop Indra tersebut.
Proses dirombaknya bangunan tersebut menuai kendala. Pemprov DIY terlibat sengketa dengan ahli warisnya. Bahkan proses sengketa tersebut sampai melalui PTUN, banding, kasasi, sampai bersambung ke peninjauan ulang di Mahkamah Agung.
Kenangan-Kenangan Di Malioboro Sebelum PKL Dipindahkan
Buat kamu yang merasa kehilangan Malioboro tentu pernah mengukir kenangan di sana. Entah dengan kekasih, selingkuhan atau sahabat, kenangan tetap akan memberi kesan yang menakjubkan diingatan.
Kamu pasti mengingat beberapa kenangan yang bisa dilakukan di Malioboro. Kalau kamu tidak ingat. Mungkin beberapa hal ini bisa membantumu mengingat apa saja sih yang biasa dilakukan di Malioboro.
Baca juga: Es Durian dan Pesona Kuliner di Malioboro
1. Kuliner di Pinggir Jalan
Karena pedagang-pedagang di Malioboro pindah, maka mau tidak mau kamu tidak akan bisa lagi menikmati makanan di Malioboro. Seperti menikmati es durian misalnya. Kamu tidak akan bisa lagi menikmati es durian di pinggir jalan sambil makan mie ayam atau mencoba hidangan lainnya.
Tidak hanya itu, masakan aneka seafood yang senantiasa menghiasi ramainya jalanan Malioboro di malam hari tak lagi kamu nikmati. Makanan-makanan pinggiran jalan memang tampak biasa-biasa saja, tetapi soal rasa dan kesannya, pasti tidak akan mengelupas di ingatanmu.
Apalagi kamu pernah datang dengan orang terkasih, ingatan itu seolah mengkerak dan akan tinggal di ingatan selamanya.
2. Keramaian Sore Di Malioboro
Sore memang menjadi waktu yang tepat untuk bersantai dan jalan-jalan. Apalagi ketika kamu sedang berada di Malioboro. Sore merupakan waktu yang tepat berjalan-jalan di Malioboro. Setelah PKL dipindah, kenangan melihat keramaian sore hari di Malioboro akan menjadi satu hal yang paling kamu rindukan.
Karena di sore hari, banyak orang jalan-jalan menikmati Malioboro dengan senja yang tergelar di atasnya. Selain itu, banyak atraksi atau pedagang-pedagang yang meramaikan sore hari di Malioboro, akan menghilang dan Malioboro sore hari akan menjadi sepi.
Sore yang malang akan dirasakan di Malioboro karena saking sepinya. Semoga saja, apa yang terjadi saat ini akan menimbulkan dampak yang baik ke depannya.
3. Menikmati Musisi Jalanan
Tidak hanya kuliner dan keramaiannya saja, Malioboro juga sering dikenal dengan musisi jalanan yang kerap menghibur para wisatawan. Biasanya, para musisi jalanan itu akan membentuk live musik selepas isya.
Mereka bermusik dengan cara dan keunikan masing-masing. Di sepanjang jalan Malioboro tersebut, kamu akan menemukan berbagai macam pertunjukan. Baik dari musisi jalanan hingga pertunjukkan seni lainnya.
Semua itu akan kamu rindukan setelah adanya wacana pindahnya PKL dari Malioboro. Konon katanya, dengar-dengar para musisi jalanan dan pementas seni lainnya tidak boleh beroperasi di Jalan Malioboro.
4. Ngopi dan Makan Nasi Kucing di Angkringan
Angkringan memang menjadi salah satu ciri khas warga Jogja. Di sepanjang Malioboro terutama. Di sana, kamu akan menemukan angkringan hampir kurang lebih tiga sampai 5 lebih.
Itu pun yang kelihatan. Bagaimana yang belum terhitung? Masih banyak lagi angkringan yang berdiri di jalan Malioboro.
Di angkringan itu, para pengunjung dan para wisatawan biasanya menikmati kopi dan aneka jenis minuman lainnya. Biasanya ditemani dengan gorengan yang masih hangat atau nasi bungkus seperti nasi kucing, nasi oseng, dan nasi-nasi dengan lauk lainnya.
Namun karena semuanya diminta pindah. Kamu tidak akan bisa lagi ngopi sambil mencomot gorengan di angkringan saat berada di Malioboro.
5. Mencicipi Hangatnya Wedang Ronde
Kuliner yang menjadi khas lainnya yakni Wedang Ronde. Di Malioboro sebelum huru-hara ini kamu bisa menikmati atau mencicipi hangatnya wedang ronde di malam hari. Sambil berjalan-jalan dan menikmati berbagai macam pertunjukkan, kamu bisa menyeruput wedang ronde.
Atau mungkin ketika tubuhmu dingin, wedang ronde dapat menjadi alternatif untuk menghangatkan tubuhmu. Selain wedang ronde, kamu juga bisa mencicipi wedang asle. Wedang ini mirip sekali dengan es santan hanya saja penyajiannya hangat.
Wedang asle terbuat dari santan dan biasanya disajikan dengan potongan roti kecil-kecil dan potongan jelly. Harga untuk kedua wedang ini sangat terjangkau dan bahkan menjadi favorit para pengunjung yang merasakan hawa dingin di malam hari.
Semua itu nantinya tidak akan dapat kamu rasakan lagi. Mungkin kamu bisa mencicipi wedang ronde atau wedang aslenya tetapi tidak dengan suasana Malioboro yang sudah menjadi ciri khas.
Itulah beberapa hal serba-serbi Teras Malioboro dan polemik PKL Malioboro yang dipindahkan dari Jalan Malioboro. Apa pun yang dilakukan pasti akan menimbulkan dampak serta risikonya. Semua orang harus bertanggung jawab dan ikut merasakannya.
Semoga saja Malioboro tidak akan hilang identitasnya dan akan menjadi menyenangkan seperti sedia kala.