Bagi orang jaman dulu mungkin masih sering menemukan tradisi wiwit. Tapi bagi mereka yang tumbuh besar dijaman sekarang tentu akan menjadi pengalaman yang berkesan.
Suatu upacara sederhana dipinggir sawah sebagai rasa syukur atas nikmat Tuhan. Atas kelimpahan risky berupa hasil padi yang melimpah.
Saat ini, tradisi turun temurun dari nenek moyang yang hampir punah tergerus jaman ini kadang dikelola oleh suatu kelompok tani. Bukan hanya sekedar ungkapan rasa syukur tapi lebih dari itu bisa juga di kemas menjadi wisata budaya.
Khusus bagi masyarakat sekitar yang terlibat dalam tradisi wiwit tentu akan semakin mempererat silahturahmi. Menjaga hubungan baik bukan hanya dengan Tuhan Sang Pencipta dan Maha Pemberi tapi juga kepada sesama manusia.
Tradisi ini akan dilakukan sesaat sebelum musim panen padi. Disaat padi menguning dan siap panen maka saat itulah prosesi dilaksanakan. Dikatakan wiwit karena bila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti “memulai.”
Artinya tradisi ini hanya akan dilaksanakan bila musim panen tiba. Bukan rahasia umum lagi bila musim panen harus disambut dengan sukacita. Usaha menanam padi selama beberapa bulan terbayar sudah dengan hamparan padi berwarna kuning keemasan.
Tradisi masyarakat Jawa khususnya Jogja ini merupaka symbol adanya harmonisasi antara petani dengan alam. Dimana alam telah memberikan limpahan rizki dan harus dijaga kelestariannya.
Tradisi ini bermula dari agama Hindu yang mana dalam salah ajarannya ada Dewi Sri atau Dewi Padi. Dewi Sri adalah salah satu dewi yang diberi tugas untuk menjaga padi agar bisa tumbuh dengan baik hingga bisa dipanen.
Adapun uborampe atau kelengkapan dalam ritual ini antara lain adalah Nasi Gudhangan Bumbu Megono atau nasi yang dicampur dengan sayuran rebus,. Selain itu ada juga lauk yang terdiri dari telur rebus dan gereh (ikan asin atau teri). Tak lupa ada Sambel Gepeng yang dibuat dari kacang tholo.
Kelengkapan uborampe yang lain adalah dedak atau kulit padi hasil penggilingan, cabai merah, bawang merah, bawang putih dan uang receh. Uborampe ini diletakan dalam tempurung kelapa atau bathok.
Ada juga keris yang dibuat dari cabai merah panjang, bawang putih, telur rebus. Aneka bahan tersebut ditusuk dengan lidi sehingga menyerupai keris.
Kelengkapan lain yang dibutuhkan dalam prosesi ini adalah aneka dedauan, Jadah jenang, Kembang setaman ( mawar merah, mawar putih, kenangan, melati, kanthil), Kemenyan, sabut kelapa tempat kemeyan dan terakhir air dadap sirep yang ditempatkan dalam kendhi.
Namun pada kenyataanya uborampe tersebut tidak harus ada semua tapi semakin lengkap maka semakin afdol.