Setiap orang adalah pahlawan untuk setiap keluarganya, tanpa kecuali. Dalam sebuah keluarga kecil, seorang kepala rumah tangga adalah pahlawan keluarga untuk istri dan anaknya, begitu pula seorang anak adalah pahlawan keluarga untuk setiap ayah ibunya.
Mereka adalah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dimana satu sama lain saling terkait dan saling membutuhkan. Tak terkecuali saya pun demikian, bagi orang tua saya (ayah dan ibu), mereka beranggapan saya adalah pahlawan bagi mereka.
Bagaimana tidak, sayapun sama seperti anak pada umumnya dimana dulu kala sekolah berusaha menjadi anak yang baik bagi mereka. Berusaha menjadi anak yang baik dan patuh tentunya menjadi sesuatu yang utama.
Meski tidak pernah mendapat ranking tapi kala itu setidaknya telah berusah keras untuk belajar dan belajar. Dikala senggang mencoba membantu apa yang mereka kerjakan, mulai dari urusan bersih-bersih rumah hingga mungkin harus ke kebun atau sawah untuk meringankan beban mereka.
Sesuatu yang sederhana dan biasa saja tapi bila dikerjakan dengan ketulusan akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Memiliki makna lebih karena adanya energi positif yang ditularkan.
Memang tidak selamanya nurut dan terlihat seolah ‘anak baik‘ tapi setidaknya tidak pernah berbuat krimial dan menyusahkan orang lain. Bagi kedua orang tua saya itu sudah cukup. Terlebih bisa berbuat “gentlemen” dalam arti berani bertanggung jawab atas apa yang dilakukan itu telah menjadi poin utama.
Teringat betul dalam ingatan manakala mereka berkata, “oleh ndablek ning sembodo” atau dalam bahasa Indonesianya boleh susah dibilangin tapi kompeten atas apa yang dikerjakan. Kata-kata yang selalu akan diingat manakala melangkah.
Apapun boleh dilakukan selama tidak melanggar koridor atau norma yang ada dan tentunya tidak merugikan orang lain. Hingga saat ini mungkin gara-gara kaimat tersebut dengan mudahnya keluar masuk kerja.
Boleh dibilang saya itu sebagai kutu loncat setengah hati dalam hal pekerjaan. Dengan mudah keluar masuk dalam sebuah instansi tapi tidak pernah berpikir tentang karir itu mungkin menjadi kecerobohan utama.
Meski begitu tetap saja sebagian pendapatan tetap diberikan untuk orang tua. Sadar diri bahwa dulu mereka yang membesarkan dan menyekolahkan dan kini saatnya membalas budi.
Sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk orang tua terutama ibu dimana ia selalu kerja keras setiap saat untuk anak-anaknya. Teringat betul ia harus keluar dari rumah jam 4 pagi untuk berangkat kepasar. Berjualan dengan mengendari sepeda butut hanya untuk memberikan yang terbaik bagi kedua anaknya.
Sudah sepantasnya bagi anak-anaknya kini mengambil beban itu, tanggung jawab itu untuk menafkahi orang tua. Melihat mereka istirahat dirumah menghabiskan masa tuanya dengan berbagai kegiatan yang mereka cintai adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
Jalan yang kupilih pun sama, tetap menjadi pedagang tapi tidak sekonvensional beliau. Memilih menggunakan kecanggihan teknologi untuk berdagang dan dari sekian aplikasi yang ada, saya pilih Kudo (Kios Untuk Dagang Online).
Sesuai dengan namanya, Aplikasi Kudo ini benar-benar membantu siapa siapa saja yang hendak memiliki bisnis online. Sangat mudah digunakan dan memiliki banyak kelebihan yang sangat sayang kalau tidak dioptimalkan.
Kudo menjadi aplikasi atau alat bantu paling mudah untuk menjadi pengusaha. Meski modal minim tak perlu kuatir karena semua yang besar berawal dari yang kecil juga.
Esensinya bagaimana kita bisa berguna bagi keluarga dan orang-orang disekitar kita. Tidak harus menjadi pahlawan keluarga tapi memberi manfaat buat yang lain itu sudah lebih dari cukup.