Bagi saya pribadi Dusun Bendo yang ada di Trimurti, Bantul lebih dikenal sebagai produsen mie lethek. Namun, pandangan tersebut berubah usai beberapa waktu lalu saya dan puluhan kawan penggiat media sosial diajak berkeliling Bantul.
Ada 6 destinasi yang kami tuju dan salah satunya adalah Desa Wisata Bendo Nyawiji. Desa wisata yang menawarkan banyak pengalaman tak biasa bagi para pengunjung.
Terutama mereka yang terbiasa tinggal di kota tentu akan sangat senang sekali berada di desa ini. Ada suguhan kuliner khas pedesaan, ada kegiatan bersepeda keliling desa, melihat proses produksi mie lethek dan lain-lain.
Desa Wisata Bendo Nyawiji pun sudah sangat siap menyambut tamu. Begitu tiba kami diajak untuk duduk di resto yang ada di tengah desa. Sembari kami istirahat ada pertunjukan tari-tarian.
Tak lupa mie lethek yang legend itu pun hadir dengan bungkus daun pisang. Benar-benar sensasi yang berbeda tentunya bisa menikmati kuliner ala masyarakat desa.
Baca juga: Njelajah Mbantul Milang Kori #4
Desa Wisata Bendo Nyawiji
Tempat makan yang kami gunakan merupakan bekas rumah tua yang sudah tidak ditinggali. Berdasar informasi rumah model Pringgitan ini terakhir ditempati tahun 1980-an.
Kondisi yang “ala kadarnya” itu tentu memberi kesan estetik. Ada banyak spot foto yang bisa dipilih. Jangan lupa ambil gambar di depan tulisan “Bendo Nyawiji” menjadi penanda bahwa kamu benar-benar ada di lokasi ini.
Untuk menemukan lokasi ini pun sangat mudah. Dari pusat kota Jogja bisa ditempuh dalam waktu lebih kurang 35 menit. Cukup buka map dan ketik “Bendo” maka akan langsung ketemu. Namun hati-hati jangan sampai malah menuju Bendo yang ada di Wukirsari, Imogiri karena akan melenceng jauh.
Untuk kegiatan kesenian mereka pun ada banyak pilihan dan mereka masih mempertahankan sesuatu yang iconik, dan salah satunya adalah kesenian jathilan. Bila saat ini jathilan modern identik dengan alat musik drum maka di Bendo hal itu tidak ada.
Sangat pas bagi mereka yang ingin kilas balik. Berada di tempo dulu dimana saat kecil bisa saja ada kenangan tak terlupakan.
Banyak Hal Bisa Dilakukan
Seperti yang sudah saya katakan bila desa wisata ini sudah sangat siap menyambut tamu. Hal ini ditandai banyaknya kegiatan bisa dilakukan di tempat ini.
Selain melihat kesenian juga bisa beraktifitas dengan warga. Melihat lebih dekat tentang bagaimana produksi blangkon, batik hingga kentongan pun bisa dilakukan.
Atau ingin melihat produksi bakpia dan geplak pun bisa dilakukan. Tak hanya mencicipi kelezatan kuliner icon Jogja tapi juga langsung terjun di tempat produksi.
Jangan lupa di tempat ini pun bisa melakukan out bond. Paket disediakan pun ada banyak tinggal pilih sesuai kebutuhan.
Berkunjung ke Pabrik Mie Lethek
Usai menikmati santapan kami pun diajak keliling desa menggunakan sepeda onthel. Perhatikan saat memilih sepeda dan pastikan nyaman digunakan. Jangan sampai pilih sepeda terlalu tinggi dan akhirnya kesulitan untuk mengendalikannya.
Hanya butuh beberapa menit untuk tiba di tempat produksi mie lethek. Rute dipilih pun unik karena akan melewati pinggiran Kali Progo. Bila ada waktu panjang bisa juga memancing atau melakukan kegiatan di kali yang cantik ini.
Apesnya, saat kami tiba pabrik sedang tidak produksi. Hal ini karena mereka tidak memaksakan produksi tiap hari mengingat sapi sebagai tenaga penggerak juga butuh istirahat. Jangan sampai dipaksakan dan nantinya sapi tidak bisa bekerja optimal.
Meski demikian kami bisa bertemu dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Dari mereka kami bisa mendapat banyak cerita.
Salah satunya tentu saja berkaitan dengan sejarah mie lethek dan proses pembuatannya. Mie yang dibuat tanpa bahan pengawet sejak puluhan tahun lalu ini masih dicari keberadaannya.
So, saat kamu ada di Jogja dan di Bantul khususnya harus mencoba mie yang satu ini. Meski penampilan kurang meyakinkan tapi jaminan soal rasa mereka tetap nomor satu.
Tak lama kami berada di tempat ini karena harus berpacu dengan waktu. Maklum saja masih ada tujuan lain yang harus dituju.