Ini Dia Sejarah Mitos Masangin di Jogja

Mungkin kita terlalu sering mendengar kata masangin di Jogja dan mungkin pula kita pernah mencoba meski tidak berhasil. Tapi pastinya tak banyak yang tahu sejarah dari asal usul tradisi unik ini.

masangin di jogja
instagram.com/qurrotaayuniiii

Saat ini begitu mudah menemukan mereka yang mencoba masangin di Jogja. Tak kenal waktu, baik pagi, siang, sore atau malam kegiatan ini akan selalu ada. Bahkan dalam satu waktu harus rela antri bila tidak ingin saling tabrak dengan yang lain.

Saya pribadi sebagai orang Jogja tulen baru sekali mencoba dan gagal. Setelah itu enggan mencoba lagi dan lebih sebagai penonton kala berkunjung ke Alun-Alun Selatan.

Sejarah Masangin di Jogja

Kegiatan melintasi celah diantara dua pohon beringin ini telah ada sejak ratusan tahun lalu. Bahkan dari beberapa sumber yang ada dikatakan bahwa masangin di Jogja telah ada sejak zaman kejayaan Kesultanan Yogyakarta berjaya.

Pada masa itu ada tradisi topo bisu mubeng beteng atau tanpa suara keliling beteng kraton Yogyakarta. Satu upaya pembersihan jiwa dengan introspeksi dalam rangka menyambut 1 Suro atau tahun baru dalam penanggalan Jawa.

Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah prajurit, abdi dalem dan pastinya masyarakat sekitar yang ingin ikut merayakan pergantian tahun.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Pada zaman dulu pula peserta harus bisa berjalan dari depan Gedung Sasana Hinggil hingga ujung selatan dari alun-alun. Kini bisa melalui dua pohon beringin saja sudah lebih dari cukup.

Berdasar beberapa informasi yang ada salah satu kunci sukses untuk melaui masangin ini adalah niat dan ketulusan. Bukan untuk ajang pamer atau duniawi semata.

Tata Cara Masangin Saat ini

Masangin bisa dikatakan sebagai tradisi berjalan dengan mata tertutup untuk melewati dua pohon beringin kembar yang ada di tengah alun-alun selatan. Sebelum berjalan dengan jarak lebih kurang 25 meter ini peserta akan diputar 360 derajat sebanyak 3 kali.

Menurut beberapa sumber, hanya mereka yang memiliki hati dan pikiran bersih yang bisa melaluinya. Benar saja, hingga saat ini ribuan orang telah mencoba hal tersebut dan mayoritas dari mereka gagal.

Masih berdasar cerita dari mulut ke mulut barang siapa yang mampu menjalani ritual masangin ini niscaya segala keinginanya akan terkabul.

Bila kamu penasaran bisa datang ke alun-alun selatan dan mencoba hal unik ini. Kalau datang tidak membawa penutup mata bisa menyewa penutup mata.

Cukup mengeluarkan beberapa lembar uang seribuan dan langsung bisa beraksi. Kalau datang ke sini hendaknya membawa teman atau keluarga supaya lebih seru.

Tak ada salahnya untuk saling merekam antar peserta apa yang dilakukan selama menjalani ritual yang telah berjalan puluhan tahun ini.

Berhubung jumlah peserta cukup banyak maka butuh kesabaran dalam mengantri. Yang jelas siapkan mental manakala kita hanya akan berputar-putar dan tidak pernah bisa melalui proses masangin selama tidak menundukkan hati.

Puncak keramaian dari kegiatan Masangin di Alun-Alun Selatan ini terjadi pada malam Minggu atau selama musim liburan tiba. Jangan keget kalau ternyata warga negara asingpun akan mencoba yang satu ini.

Mungkin mereka yang terkenal sebagai negara yang mengedepankan logika masih percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis. Atau bisa jadi mereka hanya menikmati keseruannya saja. Yang pasti kegiatan masangin menjadi nilai tambah bagi kegiatan pariwisata di Jogja.

Kuliner Tak Jauh dari Alun-Alun Selatan

Saat berada di area ini dan perut lapar tak perlu khawatir. Di alun-alun ini sangat mudah menemukan tempat isi perut.

Hal ini karena dihampir sekeliling terdapat penjaja makanan. Favorit kalau malam tiba pastinya bisa menikmati semangkuk wedang ronde.

Bila ingin lebih optimal untuk manjakan perut pastinya bisa isi perut di Brongkos Handayani yang ada di sisi selatan sebelum Plengkung Gading. Atau kamu yang ingin melihat lebih dekat sentra gudeg maka bisa ke Wijilan yang bisa ditempuh dalam 5 menit menggunakan kendaraan.

Pos terkait