Hampir setiap hari dalam kehidupan manusia terjadi proses pengajaran. Bisa terjadi dalam sebuah ruang yang bernama kelas, bisa juga dalam kehidupan real atau nyata.
Setiap hubungan pastilah terjadi proses transformasi hanya saja prosentase yang ada akan berlainan. Proses tersebut akan menghasilkan dua kutub dengan istilah guru – murid, senior – junior dan sejenisnya.
Tak ada yang salah dengan semua itu, hanya saja perlu diperhatikan jangan sampai terjadi pengkultusan. Kadang akan muncul jarak atau sekat bahwa dua posisi tersebut berbeda.
Yang jelas tidak ada murid mengajar guru, atau junior membimbing senior. Yang ada sebaliknya dan dibeberapa wilayah hal tersebut menjadi pakem yang harus diamini.
Murid dan junior adalah gelas kosong yang harus di isi dan mereka yang pantas mengisi tentu saja hanya guru dan senior. Yang di isi kadang menerima segala sesuatu dengan kepolosan bahwa apa yang dikatakan adalah kebenaran tanpa melakukan analisa.
Semua itu akan menghasilkan dikotomi atas dan bawah. Muncul anggapan bahwa apa yang disampaikan guru dan senior adalah kebenaran mutlak. Selanjutnya akan muncul penghormatan yang berlebihan dimana para orang yang belajar atau tahu lebih dulu ini bagaikan nabi.
Nabi-nabi kecil tentunya, hal ini karena disadarai bahwa sejatinya nabi sudah tidak ada di dunia lagi untuk saat ini. Terlepas besar atau kecil nabi tetaplah nabi dan apa yang dikatakan atau di sampaikan adalah sebuah kebenaran.
Tak terasa juga kadang mereka yang tahu lebih dulu ini terlalu percaya diri bahwa apa yang mereka sampaikan adalah pasti benar. Perlu dicatat bahwa apa yang disampaikan seseorang bisa jadi kurang tepat.
Terlebih tanpa evaluasi dan konfirmasi dari penerima materi. Bisa jadi apa yang disampaikan diterima dengan cara yang kurang tepat oleh orang lain.
Oleh karena itu menjadi penting untuk senantiasa melakukan evaluasi dan melihat apakah yang di sampaikan sesuai dengan kebenaran dan mampu menjawab kebutuhan. Bukan menjadi sesuatu yang tabu bila satu sama yang lain saling mengingatkan.
Bukankah semua orang itu guru. Bisa saja seseorang yang kurang begitu dipandang orang lain akan menjadi guru bagi kita karena lebih mampu memberi jawaban.