Mungkin masih banyak yang belum pernah mendengar nama Candi Ijo. Wilayah candi yang tak begitu luas itu terdapat di Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Meski kecil jangan salah bangunan ini tak kalah indah dengan bangunan candi yang lain.
Terutama saat pagi dan sore hari, tempat ini menjadi area yang pas untuk menikmati sinar matahari yang tidak begitu kuat menyengat. Maka jangan lupa bila berkunjung ke tempat ini pastikan membawa smartphone atau kamera digital.
Dari tempat ini pengunjung juga bebas menikmati keindahan pesawat terbang ketika mendarat di Bandara Adisucipto. Dan konon katanya perluasan bandara internasional di Jogja itu tak bisa diperluas ke area timur karena akan menggusur Candi Ijo.
Untuk berkunjung ke tempat ini hanya membutuhkan kendaraan yang bisa naik ke atas perbukitan. Memang jalan telah diaspal tapi jangan salah bila motor atau mobil berhenti ditengah jalan karena tidak kuat menanjak.
Objek wisata ini juga dibebaskan dari bea masuk alias gratis. Tapi bukan berarti boleh berbuat atau membuang sampah sembarangan.
Ada baiknya objek wisata ini diambil satu paket dengan beberapa candi yang ada di wilayah Prambahan dan sekitarnya. Pasalnya di daerah tersebut selain ada Candi Prambanan dan Istana Ratu Boko masih ada candi-candi kecil lainnya.
Candi Ijo dibangun pada ketinggian 410 meter di atas permukaan laut pada abad ke-9 oleh kerajaan Hindu. Secara umum candi ini terdiri dari atas 17 struktur bangunan yang terbagi atas 11 teras berundak.
Candi ini telah kaya akan seni pahat. Secara sepintas dapat dilihat mulai dari pintu depan hingga teras paling atas. Meski tergolong sebagai cani Hindu tapi hal tersebut tidak dapat dikatakan benar sepenuhnya karena terdapat simbol-simbol Budha di dalamnya. Lebih tepatnya candi ini merupakan akulturasi atau perpaduan dua agama terbesar kala itu.
Dari banyaknya simbol-simbol yang ada masih ada beberapa yang belum terungkap atau menjadi misteri. Salah satunya adalah adanya dua prasasti yang ada di candi pada teras ke-9. Untuk memudahkan para arkeologi mengungkap apa yang terjadi maka prasasti tersebut diberi kode F dan bertuliskan Guywan yang memiliki arti pertapaan.
Satu prasasti lagi dengan tinggi 14 cm dan tebal 9 cm yang diduga berisi mantra kutukan. Mantra tersebut diulang belasan kali atau tepatnya 16 kali. Namun tetap saja keakuratan dari dua prasasti tersebut masih mengandung tanda tanya.
Yang jelas terlihat bahwa Candi Ijo dibuat oleh para pemahat ahli. Hal ini nampak dari goresan-goresan yang ada. Wajar kiranya bila semua orang harus menjaga keberadaan candi yang ada di perbukitan ini.