Berkunjung ke Jogja tak lengkap rasanya kalau tidak menyempatkan diri ke Kotagede. Satu wilayah yang pada jaman dulu adalah pusat peradaban kerajaan Mataram, baik Mataram Hindu maupun Mataram Islam.
Letaknya ada di sebelah timur atau tepatnya tenggara dari Malioboro. Dari pusat kota Jogja bisa ditempuh menggunakan kendaraan bermotor atau becak. Jaraknya tidak terlalu jauh jadi sangat disayangkan kalau terlewatkan.
Tidak hanya untuk berburu perak karena Kotagede juga dijuluki sebagai Kota Perak. Lebih dari itu di wilayah tersebut masih bisa disaksikan bukti majunya tata kelola pemerintahan di jaman dulu.
Melihat Lebih Dekat Kotagede
Dimana mereka telah mengenal kompleks kerajaan untuk pusat pemerintahan, pasar untuk pusat bisnis atau perdagangan, masjid sebagai pusat ibadah dan alun-alun untuk ruang pertemuan publik. Dari keempat komponen tersebut yang hilang fungsi paling parah hanyalah kraton. Selebihnya masih bisa digunakan hingga saat ini.
Tak ada salahnya kalau perjalanan dimulai pada Minggu Legi dalam pasaran Jawa. Hal ini karena pasar sebagai pusat ekonomi dan bisnis mencapai puncaknya. Dimana para pedagang dan pembeli tumpah ruah.
Pantangan yang Harus Kamu Tahu
Untuk berkunjung ke makam raja-raja Mataram juga ada aturan khusus seperti ziarah ke makam hanya di ijinkan pada hari Minggu, Senin dan Kamis dari jam 8 pagi hingga 4 sore. Perlu juga ketahui bagi wanita yang berhalangan disarankan untuk tidak masuk ke area makam terlebih dahulu.
Bagi yang ingin tahu lebih dalam tentang sejarah Kerajaan Mataram jangan kuatir. Pasalnya di area tersebut masih ada beberapa abdi dalem yang setia menjaga makam. Mereka tak sungkan untuk menyapa dan menyambut para peziarah.
Usai ziarah sambil melihat bulus putih (kalau beruntung) ada baiknya untuk menjalankan sholat di Masjid Agung Kotagede. Masjid ini diyakini sebagai masjid paling tua di Jogjakarta. Tempat tersebut begitu adem untuk menenangkan pikiran dan lebih mendekatkan diri dengan Tuhan.
Puas berada tempat paling tua di Kotagede selanjutnya perjalanan bis dilanjutkan ke berbagai tempat yang masih berdekatan. Bangunan di sekitar masjid masih mempertahankan ciri khas masa lalu, seolah meninggalkan peradapan saat ini dan kembeli ke jaman dulu.
Perjalanan ada baiknya diteruskan ke arah selatan, ditempat tersebut ada beberapa benda atau bangunan yang masuk cagar budaya dirawat. Jangan kaget kalau masih menemui banyak rumah yang mempertahankan arsitektur yang mungkin tidak ada di tempat lain.
Ke selatan sedikit lagi ada tempat yang bisa dikunjungi bernama Watu Gilang. Yang menarik di dalamnya terdapat Watu Cantheng atau tiga bola berwarna kekuning-kuningan.
Menurut beberapa sumber dikatakan bola tersebut adalah mainan putra Panembahan Senapati. Tapi tak sedikit ada yang mengatakan benda tersebut adalah peluru meriam jaman dulu.
Saatnya Belanja Oleh-Oleh
Usai jalan-jalan jangan lupa untuk mampir membeli oleh-oleh. Paling populer dari tempat ini tentu saja kerajinan perak.
Hampir tiap sudut terdapat toko perak, selain itu tak jarang ada workshop yang menjadi satu sehingga kita pun bisa melihat proses pembuatannya. Bentuknya pun aneka macam, mulai dari aneka perhiasan hingga perabotan rumah tangga.
Harganya tentu bersaing satu sama yang lain karena nilai suatu kerajinan bukan hanya di tentukan oleh faktor bahan pembuat saja. Tapi lebih dari itu ada faktor seni di dalamnya.
Jangan lupa untuk mencoba kuliner khas mereka seperti Kipo, Legomoro, Kembang Waru, Yangko, Emping Mlinjo dan lain-lain. Pastinya ada belasan jajanan pasar yang identik Jogja banget yang harus kamu coba.