Museum Affandi bisa menjadi tujuan wisata alternatif ketika berada di pusat kota Jogja. Sangat menarik tentunya melihat karya sang maestro yang telah diakui dunia. Jangan sampai mahakarya yang pernah disaksikan orang dari luar negeri justru kita tak pernah melihatnya.
Untuk tiket ada 3 jenis mulai dari pelajar / mahasiswa Rp 25.000, domestik umum Rp 50.000 dan Rp 100.000 wisatawan mancanegara. Dan dengan tiket tersebut maka pengunjung akan melihat lebih dekat tak kurang dari 300 karya lukisan.
Selain itu masih ada koleksi lain berupa mobil dan sepeda kesayangan. Bukan hanya itu saja tapi masih ada berbagai benda lain yang tentunya semua mengandung nilai seni tinggi.
Untuk menuju tempat ini sangat mudah karena berada di Jalan Adisucipto No 167. Mudahnya museum ini berada di sebelah barat Ambarukmo Plaza atau di sebelah utara Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Tanpa harus bertanya sudah pasti akan menemukannya. Terlebih secara konstruksi sangat mencolok. Berada di sebelah barat Sungai Gajah Wong dengan atap berbentuk pelepah daun pisang.
Ketika berkunjung ke tempat ini jangan harap ada riuh. Yang ada hanya suasana hening, semua pungunjung seolah terbius bahwa mereka sedang menyaksikan suatu karya fenomenal. Sangat disayangkan bila tidak diperhatikan dengan detail.
Mengenal Museum Affandi Jogja
Museum Affandi ini memiliki 3 galeri dan setiap pengunjung akan diarahkan untuk memperhatikan masing-masing galeri. Nikmati waktu yang ada dengan seksama, museum ini buka dari jam 09.00 WIB pagi hingga jam 16.00 WIB sore untuk Senin sampai Sabtu. Sedang khusus untuk Minggu hanya buka sampai pukul 13.00 WIB saja.
Museum ini bangun secara bertahap dari tahun 1962 hingga yang terakhir diresmikan pada tahun 2000 silam. Tiap-tiap galeri menyimpan karya yang berbeda dan memudahkan bagi pengunjung untuk mempelajari dan memperhatikan secara keseluruhan.
Galeri I dibangun sendiri oleh Affandi pada tahun 1962 dengan luas bangunan 314,6 meter persegi. Butuh waktu 12 tahun hingga benar-benar diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof.Ida Bagus Mantra, pada tahun 1974.
Pengunjung akan disihir dengan berbagai lukisan dan semua yang berbau Affandi saja. Tak ada karya lain selain sang maestro. Bila ingin melihat lukisan karya seniman lain maka bisa disaksikan di galeri II.
Selanjutnya pada tahun 1987 dibangun galeri II atas bantuan pemerintah melalui Presiden Soeharto. Dalam waktu 1 tahun galeri II selesai dibangun dan diresmikan tanggal 9 Juni 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hassan.
Dalam galeri seluas 351,5 meter persegi ini tersimpan berbagai lukisan dan karya dari maestro selain Affandi. Bangunan dua lantai ini akan memudahkan pengunjung untuk melihat jenis lukisan absurd di lantai pertama. Sedang lukisan realis terpajang di lantai dua.
Galeri terakhir atau yang ketiga dibangun pada tahun 1997 dan selesai tiga tahun kemudian. Kali ini peresmian dilakukan langsung oleh Gubernur Jogja Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2000.
Bila galeri 2 hanya memiliki 2 lantai maka galeri III ini memiliki tiga lantai. Lantai paling bawah atau ruang bawah tanah digunakan untuk menyimpan lukisan atau koleksi. Sementara itu lantai 1 digunakan untuk ruang pamer dan lantai paling atas untuk perawatan.
Tempat Melihat Jogja dengan Sudut Terbaik
Selain mengunjungi galeri di tempat ini juga terdapat beberapa tempan menarik seperti adanya gardu pandang. Dari tempat ini dapat melihat kota Jogja meski bukan secara keseluruhan.
Masih ada juga gerobak yang biasa digunakan untuk menyulam Maryati yang tak lain adalah istri tercinta. Keberadaan gerobak ini sangat unik karena di dalamnya terdapat kamar dengan kelengkapan dapur dan kamar kecil.
Konon, dulunya sang istri meminta dibuatkan caravan. Namun, caravan menjadi symbol negara barat. Oleh karena itu diganti dengan gerobak agar lebih meng-Indonesia.
Sebagai pelengkap di Istana Sang Maestro ini terdapat studio Sorrandu sebagai sanggar lukis untuk semua yang ingin belajar melukis. Tak lupa di dalamnya juga terdapat tempat tinggal dan kolam renang untuk Affandi bersama keluarga.
Bila lelah mengelilingi museum ada baiknya untuk mampir ke kafe sembari melihat-lihat benda yang dijual di toko souvenir. Siapa tahu ada benda menarik yang bisa digunakan sebagai buah tangan.