Museum Sasmitaloka Jenderal Sudirman Sejenak Masuk Ke Lorong Waktu Dimana Pengunjung Dapat Melihat Lebih Dekat Kehidupan Tempo Doeloe

Ingin liburan keluarga murah meriah tapi sarat ilmu. Mungkin ada baiknya berkunjung ke Museum Samitaloka Jenderal Besar Sudirman yang terletak di Bintaran Wetan No 3, Jogja.

Museum-Sasmitaloka
kebudayaan.kemdikbud.go.id

Lokasinya yang ada di pusat kota dan berdekatan dengan kawasan Kotabaru dipastikan akan mudah ditemukan. Berkunjung ke kediaman Jenderal Sudirman seolah berada di lorong waktu. Membawa siapa saja yang berkunjung kembali ke masa lalu dimana beliau pernah tinggal.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Meski pada awalnya berupa rumah tinggal tapi museum ini memiliki koleksi yang lengkap. Mengantarkan siapa saja untuk melihat lebih dekat siapa sejatinya jenderal termuda di Indonesia.

Memasuki ruang bersejarah ini wisatawan tidak akan dikenakan tarif baku. Semua orang dipersilahkan untuk membayar seiklasnya. Tentu hal ini tak akan menguras kantong. Terlebih kalau tak mau repot bisa menggunakan Transjogja atau angkutan umum.

Secara umum rumah tinggal keluarga Jenderal Sudirman bersama anak-anak dan istrinya ini terdapat 14 ruang yang semuanya kini telah di dekor. Membuat siapa saja akan terkagum-kagum akan nama besarnya.

Ia tidak saja sukses mempimpin prajurit dalam berperang. Tapi ia juga sosok yang baik untuk para anak dan istrinya.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Seperti rumah pada umumnya tentu para pengunjung akan disambut dengan ruang tamu. Hal yang sama juga ada di Museum Sasmitaloka Jenderal Sudirman dimana terdapat ruang tamu yang sederhana. Banyak pejabat ditemui di meja kursi berbentuk muton dengan alas babut ini.

Masuk ke dalam museum maka akan ditemukan ruang santai dimana seisi keluarga biasa bercengkerama dan bersantai. Di ruang ini selain untuk kumpul bersama keluarga kadang juga digunakan untuk berdiskusi dengan tamu tentang bagaimana mengusir penjajah.

Semakin ke dalam akan ditemukan ruang kerja. Pada ruang ini terdapat berbagai beda yang cukup kompleks. Bukan hanya benda-benda yang ada kaitan dengan pekerjaan tapi ada juga replika keris kesayangan Pak Dirman dan berbagai piagam penghargaan dan dan tanda jasa.

Selanjutnya ada kamar / ruang tidur tamu. Diperkirakan pada jaman dulu tempat ini sangat rapi dan bersih hingga siapa saja yang berkunjung akan merasa nyaman. Selain ada tempat tidur juga ada almari, kursi tamu dan lukisan pemandangan.

Didekatnya ada kamar / ruang tidur Pak Dirman. Isinya tak jauh beda dengan ruang tidur tamu, selain ada kamar tidur juga ada almari, meja dan lukisan. Hal ini menandakan bahwa Pak Dirman tak pernah memperlakukan dirinya beda dengan yang lain. Semua mendapat perlakuan yang sama.

Hanya saja disini juga tersimpan berbagai benda / koleksi pribadi semisal busana, sandal, ikat kepala dan segala hal yang berkaitan dengan pribadi. Ada juga mesin jahit merek Singer yang biasa digunakan Pak Dirman untuk menjahit baju. Tak jauh dari kamar tersebut ada kamar tidur bagi putra dan putrinya.

Meski ini adalah rumah tinggal pribadi tapi uniknya memiliki ruang sekretariat. Namun saat ini telah dialihfungsikan menjadi tempat mennyimpan koleksi benda berssejarah yang berkaitan dengan jabatan sebagai anggota TNI.

Selanjutnya ada ruang Palagan Ambarawa. Di dalamnya terdapat maket pertempuran yang terjadi di Ambarawa yang kemudian dikenal sebagai Palagan Ambarawa. Pertempuran ini sebagai bukti kecerdikan Pak Dirman dalam memimpin prajuritnya yang serba terbatas melawan Sekutu.

Ruang RS Panti Rapih ini berupa diorama evokatif. Menggambarkan tentang perjuangan Pak Dirman yang juga harus melawan penyakit tubercolosisnya selain memiliki tugas pokok mengusir penjajah.

Ruang Koleksi Kendaraan, masih digambarkan dengan dirama evokatif. Selain menggunakan tandu sederhana yang selalu menemani ternyata pahlawan kelahiran 24 Januari 1916 juga memiliki dokar dan mobil sederhana.

Selain ada ruang Palagan Ambarawa di rumah ini juga ada ruang koleksi Gunungkidul dan Sobo. Hal ini sebagai tanda bahwa Pak Dirman pernah memimpin perang gerilya hingga dua wilayah yang cukup jauh bila harus dengan jalan kaki.

Ruang yang sangat menarik dan penuh sejarah tentu saja  ruang diorama. Ruangan ini mampu menggambarkan kisah perjuangan Pak Dirman dari 1 April hingga 7 Juli 1949 di wilayah Sobo. Di tempat ini juga masih tersimpan tandu yang digunakan untuk berperang di Gunungkidul, Jogja hingga Kediri.

Dua ruang terakhir di Museum Sasmitaloka Jenderal Sudirman adalah ruang koleksi pribadi dan ruang dokumentasi. Pada ruang koleksi pribadi terdapat benda-benda milik Pak Dirman sedang ruang dokumentasi menyimpan berbagai foto dari sejak perang gerilya hingga wafat dan dimakamkan di TMP Kusuma Negara Yogyakarta.

Pos terkait