Sarkem atau Pasar Kembang, siapa yang tak tahu tempat terkenal yang satu ini. Berada di belakang Malioboro dan di samping Stasiun Tugu membuat lokasi ini begitu mudah dicari.
Tak jarang wisatawan yang berkunjung ke Jogja menanyakan lokasi persis prostitusi paling tua ini. Mungkin mereka tidak ingin ‘jajan,’ hanya saja nama tenarnya seolah memanggil siapa saja untuk datang.
Sekedar melihat lebih dekat apa saja yang tersaji dalam satu wilayah yang masuk dalam RW Sosrowijayan, Kecamatan Gedong Tengen. Suatu kehidupan yang akan ramai pada tengah malam hingga dini hari dan bila siang malah sepi aktifitas.
Untuk mencapai lokasi ini sangatlah mudah. Cukup berjalan ke arah barat dari ujung paling utara Malioboro. Nanti akan ketemu beberapa gang dan Sosrowijayan akan ada pada gang ke-3. Oleh karena itu ada sebagian orang yang memperhalus kata Sarkem dengan Gang 3.
Kini sebenarnya di tempat ini bukan hanya ada tempat prostitusi. Tapi telah tumbuh dengan pesat berbagai toko oleh-oleh atau cinderamata khas Jogja. Di harapkan dengan kehadiran pusat oleh-oleh ini dapat menggantikan citra Sarkem yang negative menjadi positif. Jadi jangan melulu langsung berpikiran negative bila mendengar kata Sarkem.
Aneka oleh-oleh yang disediakan tentu saja unik dan beda dengan yang lain. Yang hanya ada di Jogja atau lebih tepatnya Sarkem dan sekitarnya dengan aneka pernak perniknya.
Lokasi prostitusi ini sendiri telah ada sejak 196 tahun yang lalu jauh sebelum Indonesia merdeka. Berdasar informasi yang berkembang layanan prostitusi ini sengaja disiapkan pemerintah Belanda untuk menguras gaji para pekerja yang sedang membangun Stasiun Tugu dan rel kereta.
Dengan demikan para pekerja yang hobi senang-senang dengan wanita akan ketergantungan. Mereka mau tidak mau akan terus bertahan bekerja sebagai buruh pembangunan stasiun dan tidak akan meninggalkan Jogja.
Setelah pembangunan selesai ternyata usaha prostitusi tidak bisa dihentikan. Simbiosis mutualisme, dimana warga sekitar juga akan mendapat untung atas kegiatan ini. Mereka bisa membangun hotel, rumah makan dan berbagai sarana umum yang lain.
Sedang bagi para pekerja seks komersil (PSK) tentu mereka tetap menjaga eksistensinya tanpa ada gangguan dari masyarakat sekitar. Bahkan jumlahnya kian lama tidak pernah surut. Berdasar beberapa data yang ada saat ini jumlahnya mencapai ratusan. Para PSK ini berasal dari berbagai kota yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu ada sebagian kecil yang berasal dari luar pulau Jawa.