Jika kamu adalah orang Jogja, ataupun orang – orang yang sudah menetap di kota Istimewa ini sejak lama, dan kebetulan kamu ini termasuk tipe orang yang dalam hal mencari informasi masih suka baca koran. Pasti sangat kenal dan akrab dengan yang namanya Kedaulatan Rakyat.
Kedaulatan Rakyat, Koran yang biasanya dengan mudah bisa ditemui di sudut-sudut kota maupun kampung Jogja dan sekitarnya. Mungkin di rumah kalian juga berlangganan koran ini. Mulai dari intansi sampai warung nasi, bundelan koran ini bisa dengan mudah ditemui. Tentunya tempat yang memang berlangganan koran, yaa!.
Beberapa kali saya membaca koran cetak yang sudah terbit sejak 27 September 1945 dan memiliki slogan suara hati nurani rakyat ini. Ya, meskipun tidak membelinya, cuma baca saja di warung makan yang kebetulan berlangganan.
Sebenarnya yang membuat keinginan membaca koran ini, disetiap warung yang kebetulan saya kunjungi bukan karena beritanya. Toh, beritanya mungkin juga tak jauh beda dengan jenis berita yang ada di media online. Namun, ada satu rubrik yang membuat koran ini unik dan layak untuk dibaca, dan dibeli sih tepatnya!
Apalagi kalau bukan the one and only : Sungguh – Sungguh Terjadi (SST). Rubrik kecil yang berada di pojokan kanan bawah halaman depan KR ini selalu menyajikan cerita-cerita yang kerap lucu dan tak terduga.
Namun, sebenarnya kalau kita baca dan resapi, cerita-cerita yang sering tayang pada rubrik ini adalah kejadian-kejadian kecil yang sering terjadi di sekitar kita. Mungkin bagi kita yang pelupa memang tak sempat mengingat kejadian-kejadian kecil semacam itu pernah ada. Beruntunglah orang yang mengirimkan ceritanya lewat SST dan menghibur para pembacanya.
Misal seperti cerita-cerita yang saya baca dan terbit kisaran tanggal 29 Januari sampai 4 Februari 2018 :
Kirimian dari seorang guru di salah satu SMA di kota Yogya yang menceritakan temannya yang baru bisa mengendarai motor, beginilah ceritanya :
Teman saya bernama bu Purwati yang rumahnya di Bambanglipuro, belum lama ini mengendarai sepeda motor. Karena belum mahir, ia meminimalkan belok kanan. Ketika akan ke sekolah, ia memutar lewat Jalan Parangtritis dan pulangnya lewat jalan Bantul.
Atau cerita seorang bapak yang yang tak sadar kecopetan di dalam angkutan umum :
Seorang bapak naik bus antarkota antarpropinsi, duduk berdampingan dengan seorang pemuda. Ketika ditanya pekerjaannya, pemuda itu menjawab “Cari Uang antarkota antarpropinsi”. Ketika tersadar bahwa uang di dalam saku celananya lenyap, bapak itu kaget sambil bergumam, “Dasar Copet.”.
Dua contoh cerita di atas sebenarnya bisa kita temui dalam sehari-hari, tapi kita mungkin yang sering tak menyadari hal itu. Jika rubrik SST ini dibaratkan facebook, adalah statusnya, di instagram mungkin ya semacam textstory lah ya. Dan SST seolah menjadi oase yang berada ditengah belantara berita yang ada. Dimana selalu menyuguhkan cerita personal kiriman dari seseorang yang sebenarnya biasa, tapi menjadi lucu jika dibayangkan terjadi pada diri kita.
Di masa kini, demi mengikuti perkembangan zaman, koran ini sudah mengeluarkan versi onlinenya, krjogja.com. Slogan yang tertulis pun berbeda, Paling mengerti Jogja. Jadi, seandainya kita tak sempat beli korannya, tinggal buka saja situsnya. Dan, rubrik SST pun masih tayang setiap hari.
Bedanya, pada versi yang online ini, seandainya kita ingin mencari episode SST yang tayang pada hari-hari sebelumnya, kita tidak bakal menemukannya. Kemungkinan desaiinya memang sengaja dibuat : episode hari itu ya tayang dan cuma bisa dilihat pada hari itu saja, setelah itu hilang. Jadi, kalau kita ingin membaca SST hari ini ya harus buka situsnya hari ini juga.
Penasaran dengan sejak kapan rubrik itu ada, iseng-iseng saya buka google untuk mencarinya. Ternyata memang benar, banyak blog pribadi maupun situs yang mengulasnya. Setelah scrol sana dan sini, mengeklik situs ini dan itu, akhirnya saya memilih membaca ulasan yang ada di situs onlinenya. Alasannya, ulasan si empunya koran pasti lebih akurat dan tepat.
Perlu diketahui, rubrik ini sudah ada sejak setengah abad yang lalu ternyata. Sebelum kita sibuk dibuat ketawa ketiwi oleh meme ataupun tayangan-tayangan singkat berlabel ‘funny’ di Instagram, rubrik ini sudah ada menghibur pembaca. Rubrik ini masih bertahan kemungkin memang sengaja dijadikan oase ditengah belantara berita yang ada.
Jadi, tak ada salahnya sesekali beli dan baca koran ini. Tapi seandainya tidak mau ribet untuk membeli, ya tinggal buka saja web browser di hpmu. Lah wong sudah ada versi onlinenya.
Di depan Gedung KR ini pula terdapat angkringan yang cukup populer kala malam. Jangan lupa untuk menikmati berbagai keseruan di sekitarnya. Selain ada Tugu Jogja masih ada Soto Sampah dan Gule Sapi Tugu.