Bila setiap tahun kamu hadir dalam pagelaran ARTJOG maka tahun ini kamu akan menemukan pemandangan yang berbeda. ARTJOG: Resilience hadir dengan cara berbeda menyapa masyarakat luas. Kali ini mereka menggandeng pelaku filmmaker dan videografer untuk hadirkan audio visual untuk kemudian dinikmati dari rumah.
Pandemi yang masuk tanah air tak terkecuali Jogja membuat siapa saja harus memutar otak. Bagaimana bisa berkreatifitas dalam kondisi apapun sehingga produktifitas itu tetap ada.
Keterbatasan bukan alasan untuk berdiam diri tanpa menghasilkan apa-apa. Justru bila itu dianggap sebagai tantangan tentu akan menjadi karya yang menembus ruang dan waktu.
ARTJOG
Festival, pameran, dan pasar seni rupa kontemporer ini kali pertama hadir tahun 2008 dengan nama Jogja Art Fair. Dimana sebelumnya menjadi satu rangkaian dengan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XX. Namun dalam perjalanannya kemudian memisahkan diri dengan nama ARTJOG.
Sejak saat itu tiap tahun ARTJOG tak pernah absen untuk menyapa pecinta seni khususnya seni rupa kontemporer. Dari tahun ke tahun ArtJog tampil lebih baik dalam hal konsep maupun event itu sendiri karena mereka semakin berpengalaman.
Hal ini tentunya dibuktikan dengan adanya pandemi pun bukan alasan untuk kemudian tidak ada. Namun mereka merubah konsep menjadi lebih bisa berkompromi dengan adanya Covid-19.
Baca juga: ARTJOG 10 Hadir dengan Warna Berbeda
ARTJOG: Resilience
Tahun ini adalah tahun ke 12 mereka menggelar kegiatan yang melibatkan ratusan seniman ini. Mengusung tema ARTJOG: Resilience sebagai respon atas apa yang terjadi saat ini.
Resilisence itu sendiri dapat diartikan sebagai pulih atau bangkit dari keterpurukan. Para seniman bekerja menggunakan intuisi dan pastinya bebas tanpa beban untuk berekspresi.
Mereka menyajikan apa yang terbaik, sesuatu yang tidak diduga sebelumnya atau bisa dikatakan cara kerja out of the box. Berkarya di atas ambang batas itu yang kemudian coba diterapkan dalam tema tahun ini.
Pertunjukan daring dan luring akan hadir tahun ini. Tentunya akan banyak kejutan yang bisa dinikmati penikmat seni. Kali ini tidak saja mereka yang ada di Jogja tapi di belahan bumi manapun turut bisa menikmati keindahan ARTJOG 2020.
ARTJOG: Resilience ini telah dibuka sejak 8 Agustus lalu dan akan berakhir 10 Oktober 2020. Menempati Jogja National Museum mereka akan memberikan inspirasi lebih bagi penikmat seni.
ARTJOG online dan offline
Bila tahun sebelumnya pengunjung langsung datang ke lokasi untuk menikmati keindahan seni kontemporer. Maka kali ini tidak, pihak penyelenggara juga menyediakan ruang tonton yang bernama dunia maya.
Menikmati satu karya seni dengan cara online dan offline tentu akan beda. Dua media yang akan menghasilkan cara pandang dan energi yang tak sama tentu menjadi tantangan bagi siapa saja.
Perbedaan itu kemudian yang coba diusung pihak penyelenggara. Penikmat seni tentu akan tertantang saat melihat karya seni dalam ruang maya.
Bila naluri cukup kuat bisa jadi akan digerakkan untuk datang ke lokasi secara langsung. Tapi saat ini jangan buru-buru karena masih dalam taraf uji coba.
Simulasi itu akan dilaksanakan pada tanggal 22-29 Agustus 2020. Mereka yang paling beruntung tentu saja partner / mitra ARTJOG, kolega, instansi pemerintah dan pekerja media.
Setelah itu di awal bulan September 2020 baru akan dibuka untuk masyarakat umum. Dalam event ini juga akan diberlakukan protokol kesehatan secara ketat untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pengunjung.
Adanya kunjungan langsung penikmat seni dalam ARTJOG: Resilience ini sejalan dengan filosofi mereka. “Seeing is believing” itu tetap mereka pegang teguh karena mempertemukan karya seni langsung kepada pengunjung. Mampu menghantarkan pesan utuh dari seniman melalui karya agar dapat menginspirasi.
Agenda ARTJOG: Resilience yang tidak boleh terlewatkan:
1. Curator’s Talk #1 (Sabtu, 15 Agustus 2020, pukul 19.00 WIB)
Malam minggu daripada bingung lebih baik untuk mengikuti event yang digelar ARTJOG secara daring. Di Minggu ini ada Curator’s Talk bersama Agung Hujatnika yang akan membahas lebih jauh tentang reseiliensi.
Tak hanya berbicara akan konsep semata tapi juga akan digali lebih dalam terkait praktik artistik dan karya-karya yang ada di dalamnya.
2. Meet the Artists #1 (Selasa, 18 Agustus 2020, pukul 19.00 WIB)
Pada meet the artist yang pertama ini akan disapa Angki Purbandono X Ranah Bhumi. Seniman kelahiran Kendal, 49 tahun lalu ini bukan sosok asing lagi bagi penikmat seni di Jogja.
Satu gaya yang akan mewakili sosok Angki yang out of the boxs tentu saja Scanography. Bukan menggunakan kamera tapi seniman ini justru menggunakan scanner.
Penasaran bukan dengan trik tak lazim ini maka ada baiknya kamu tidak ketinggalan untuk bertegur sapa langsung meski dalam dunia maya.
3. Murakabi Movement
Merupakan sebuah gerakan lintas disiplin yang digawangi banyak pihak. Mulai dari seniman, arsitek, intelektual, aktivis gerakan sosial dan lain-lain.
Tahun ini Murakabi akan menyuguhkan tontonan tak biasa karena merupakan gabungan dari unsur material dan spiritual. Semua itu terwujud dalam unsur sandang, pangan, papan dan puisi.
4. Webinar Tata Kelola Seni
Yang demen belajar harus ikut webinar ini. Khsusunya mereka yang memiliki peminatan dalam bidang tata kelola seni.
Managemen yang baik tentu akan menghasilkan karya yang lebih baik pula. Oleh karena itu harus disiapkan jauh-jauh hari agar lebih matang.
Banyaknya agenda menarik yang bisa diikuti tentu menjadi satu cara untuk bangkit dari keterpurukan. Senantiasa meng-upgrade diri tanpa mengenal batas-batas kenormalan.