Tren Batik Ecoprint yang Eco Friendly

Dalam beberapa tahun terakhir ecoprint mampu mencuri fokus banyak kalangan. Khususnya mereka yang peduli dan peka terhadap kelestarian alam dan lingkungan. Satu hal yang pasti batik ecoprint itu eco friendly.

batik ecoprint
koleksi santi ardha chandra

Ecoprint menjadi salah satu teknik membatik yang begitu digandrungi dalam beberapa tahun terakhir. Maklum saja produk ini termasuk salah satu yang ramah lingkungan sehingga banyak dicari.

Terlebih bahan yang digunakan ada di sekitar kita. Tak perlu memetik tapi cukup mengambil daun-daun yang telah berguguran pun jadi.

Terlebih hasil dari setiap pekerjaan akan menghasilkan produk yang berbeda meski menggunakan teknik dan bahan yang sama. Hal ini lah yang menjadi candu bagi mereka yang getol berkarya membuat batik ecoprint.

Baca juga: Tumbuhkan Kecintaan Budaya dengan Membatik

Batik Ecoprint Tumbuh Seiring Rusaknya Bumi

Tak banyak tapi ada mereka yang masih konsen untuk menjaga kelestarian bumi. Salah satunya hanya menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan.

Dan kamu bila salah satu diantara mereka ada baiknya untuk kurangi berbagai produk yang berpotensi merusak bumi lebih cepat. Salah satu langkah nyata tentu menggunakan produk ecoprint.

Di Jogja sendiri kini telah ada beberapa pengrajin yang fokus menggarap batik ini. Jumlahnya terus meningkat seiring tren yang mengalami peningkatan yang signifikan.

Terlebih ada kesadaran yang cukup baik di kalangan milenial bahwa mereka harus berperan aktif menjaga kelestarian bumi. Harga produk ini pun sama uniknya dengan karya seni karena bisa sangat bervariatif.

Batik Ecoprint tak ubahnya batik pada umumnya dimana ada jalan panjang untuk menghasilkan satu karya yang indah. Dikalangan para pelaku batik tak biasa ini setidaknya ada 4 proses yang mereka lalui.

Kegagalan satu proses akan berdampak pada proses yang lain. Oleh karena itu menjadi penting untuk benar-benar diperhatikan detailnya. Khususnya pada saat mordanting, gulungan dan fiksasi

4 Tahapan atau Proses Batik Ecoprint

1. Scouring

Proses pertama ini adalah Scouring atau membersihkan sisa-sisa / kotoran pada kain yang masih menempel dari pabrik. Yang termasuk kotoran ini antara lain lapisan likin, debu, butiran serat dan sejenisnya.

Bahan yang digunakan untuk membersihkan kotoran ini pada umumnya adalah Turkeish Red Oil (TRO). Caranya sangat sederhana, yakni cukup menambahkan TRO pada air dan aduk hingga rata.

Takarannya untuk 1 sendok teh TRO bisa dicampur pada 3 liter air. Satu campuran ini bisa digunakan untuk merendam kain sepanjang 4 hingga 6 meter. Setelah direndam 15 sampai dengan 60 jam silakan dibilas hingga bersih.

2. Mordanting

Proses ini menjadi sangat penting karena bila gagal maka proses pewarnaan tidak akan sempurna. Mordanting ini sebagai upaya untuk membuka serat kain baik itu protein ataupun selulosa, selain itu juga untuk memasukkan kandungan logam dan garam mineral.

Bahan utama yang digunakan dalam proses ini adalah tawas dan soda ash/ soda abu. Bahan itu biasanya dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam air. Selain menggunakan tawas ada juga mereka yang menggunakan bahan Aluminium Acetate, Ferrous Acetate, Tannin, Simplokos, Copper.

Kain yang akan digunakan kemudian bisa dimasukkan dalam air campuran tersebut. Selain ada mordant panas dengan cara direbus dan ada pula yang mordant dingin atau cukup direndam saja.

3. Eksekusi

Secara sederhana proses ini adalah bagaimana menempelkan berbagai dedauan ke media kain. Bagi mereka yang belum terbiasa mungkin agak kesulitan. Tapi seiring banyak berlatih maka kegiatan ini menjadi satu hal yang tidak sulit lagi.

Gagal dalam eksekusi biasanya ditandai dengan jejak daun tidak keluar optimal atau bisa jadi warna menyebar ke mana-mana ‘mblobor’.

Untuk tekniknya sendiri sendiri ada cukup banyak tapi saat ini yang banyak dipilih antara lain:

1. Pounding (dipukul)

Dalam prosesnya daun ditempelkan ke kain dengan cara dipukul-pukul. Menggunakan palu yang terbuat dari besi / kayu / karet dan membutuhkan rasa untuk memastikan warna keluar dengan sempurna. Bila terlalu keras yang terjadi kemudian daun akan hancur.

2. Steam (dikukus)

Bagi pemula teknik ini menjadi paling favorit karena cukup sederhana.

3. Boiling (direbus)

Hampir sama dengan dikukus, teknik ini juga banyak dipilih karena dalam praktiknya tidak terlalu ribet.

4. Suryaprint (pakai sinar matahari)

Bila 2 teknik sebelumnya mengandalkan panas api maka pada teknik ini menggunakan teriknya matahari. Sebelum menggunakan teknik ini pastikan sinar matahari ada dan cukup stabil panasnya.

Bahan Batik Ecoprint

  • Kain

Jenis kain yang biasa digunakan untuk ecoprint adalah katun dan sutra. Tapi selain itu ada juga yang menggunakan kain mori, blacu, dobby, paris dan lain-lain.

  • Zwa (Zat Warna Alam)

Bahan ini biasanya paling mudah di dapat dari toko batik. Namun bila mereka yang cukup kreatif lebih memilih untuk membuatnya sendiri.

  • Daun

Daun yang biasa digunakan adalah Jati muda, Lanang, Daun Kayu Afrika, Kalpataru, Jenitri, Johar, Betadine, Jarak Kepyar, Jarak Wulung, Talok, Mangsi, Jambu, Ketapang, Ketepeng, Tabebuya, Suren, Mindi, Cemara atau pinus-pinusan, Bunga Waru, Daun & Bunga Kenikir, Suren, Mindi dan lain-lain.

Bila cukup jeli dan berani bereksplorasi hampir semua jenis daun bisa dipakai. Ingat paling penting dan titik point dalam ecoprint adalah proses mordant.

  • Alat

Berbagai alat yang ada di sekitar rumah bisa digunakan mulai dari Plastik, Pengikat (rafia), Dandang, Kompor, Gantungan / Jemuran, Paralon untuk ikatan awal

4. Fiksasi dan uji warna

Tiap orang mendefinisikan fiksasi ini bisa berbeda-beda meski memiliki tujuan akhir yang sama berupa penguncian warna agar tidak pudar. Ada diantara mereka yang cukup diangin-anginkan itu sudah termasuk fiksasi karena telah terjadi oksidasi.

Namun bila ingin hasil optimal maka ada baiknya beri perlakukan lebih. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses fiksasi ini ada cukup banyak. Tapi ada 3 yang paling banyak digunakan.

Baca juga: Busana Batik Menjadi Bagian dari Gaya Hidup Masyarakat Urban

Bahan fiksasi Ecoprint

1. Tawas

Bahan ini mampu menjaga warna agar tetap secara konsisten atau tidak pudar. Penggunaannya cukup taburkan 15 gram tawas per satu liter air.

2. Kapur Gamping / Kapur Aktif

Bila menginginkan tones warna naik maka pada saat fiksasi akan ditambahkan kapur gamping. Untuk 1 liter air bisa ditambahkan 40 gram kapur gamping.

3. Tunjung

Untuk menghasilkan warna yang lebih gelap maka bisa ditambahkan tunjung. Tidak perlu banyak cukup 2 gram per liter air. Akan lebih baik bila ditemukan tunjung yang warnanya bening.

Cara fiksasi ini juga sangat mudah. Cukup rendam kain setelah diproses dan biarkan selama beberapa menit. Lebih kurang 5- 10 menit tanpa dikucek kemudian bilas hingga bersih.

Pada saat membilas ini bisa juga menambahkan sedikit deterjen untuk menguji warna. Berubah atau tidak atau lebih tepatnya luntur atau tidak.

Sudah tahu kan proses membuat batik ecoprint dan kini saatnya praktik langsung. Bila membuat batik Ecoprint adalah satu proses yang melelahkan maka ada baiknya kamu untuk pesan ke mereka yang ahlinya.

Kanal Jogja pun berupaya untuk memasarkan produk yang ramah lingkungan. Bila ada yang ingin tanya seputar Ecoprint bisa hubungi 087838889019 atau email ke kanaljogja@gmail.com.

 

 

Pos terkait