Mungkin tak banyak yang tahu kalau di Jogja sejatinya masih memiliki hutan.Hanya saja hutan-hutan tersebut tidak seperti hutan yang pada umumnya dengan ciri khas pohon-pohon besar dan berusia puluhan hingga ratusan tahun.
Saat ini hutan tersebut selain sebagai penjaga keseimbangan bumi juga di fungsikan sebagai hutan wisata. Ada sebagian yang telah cukup baik tata kelolanya dan ada sebagian yang masih harus dilakukan penataan ulang.
Untuk hutan wisata yang telah cukup populer tentu saja ada nama Hutan Pinus di Mangunan Bantul, Kaibiru Kulonprogo dan Tahura Gunungkidul. Sementara itu masih ada 2 hutan lagi yang perlu ditata kembali. Kedua hutan itu adalah Ngingrong Gunungkidul dan Clapar Kulonprogo.
Penataan kembali hutan wisata tersebut diharapkan dapat mendongkrak jumlah wisatawan di Jogja. Khusus untuk Kaibiru dan Mangunan tentu banyak dilirik karena faktor keindahannya. Sedang untuk Tahura memiliki nilai lebih karena memang ada konsep menarik di dalamnya.
Bila tahun lalu Pemerintah DIY telah fokus pada perbaikan dan revitalisasi kawasan hutan wisata maka pada tahun ini akan menitikberatkan pada sarana parkir. Parkir perlu dibuat yang memadai agar wisawatan dapat menikmati liburan dengan aman dan tidak takut akan terjadi sesuatu pada kendaraan yang ditinggal.
Selanjutnya pada tahun yang akan datang Pemerintah DIY akan memfokuskan pada fasilitas pendukung. Alat pendukung yang cukup baik saat ini telah ada di hutan Tahura dan Kalibiru. Pengunjung yang datang aka diberi tantangan untuk mencoba fasilitas outbond yang membuat senam jantung.Khusus Kaibiru, pihak pengelola telah menyediakan flying fox dengan panjang puluhan meter dan hal itu menjadi daya tarik tersendiri.
Konsep hutan wisata ini akan berjalan baik bila terjadi sinergi dengan masyarakat setempat. Mereka juga harus dilibatkan dalam hal perawatan sehingga tidak ada lagi tangan-tangan jahil yang melakukan vandalisme.
Selain itu tentu saja di harapkan hutan wisata ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Penduduk setempat bisa membuka usaha berupa warung makan atau dipekerjakan menjadi karyawan yang mengelola objek wisata tersebut.