Ingin liburan sekaligus menyegarkan badan setelah lelah seharian untuk bekerja. Mungkin ada baiknya untuk mencoba berkunjung ke Pemandian Clereng yang ada di Kulonprogo.
Meski letaknya lumayan jauh dari Jogja tapi tempat ini masih bisa dituju dengan motor atau mobil. Jangan lupa bila berkunjung ke Pemandian Clereng untuk menyempatkan diri berkunjung ke Waduk Sermo.
Bukan kenapa tapi keduanya memang satu arah jadi dengan satu perjalanan bisa mendapat setidaknya dua objek wisata menarik. Pemandian yang ada di Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo ini memiliki kualitas air yang sangat jernih karena berasal dari mata air alami.
Kini dengan dibangunnya dua kolam renang buatan semakin memanjakan siapa saja yang ingin berlama-lama. Baik anak-anak maupun orang dewasa bisa memilih lokasi berenang yang disuka.
Hal ini karena tingkat kedalaman cukup bervariasi mulai dari 50 centimeter hingga 200 centimeter ada. Dinamakan Pemandian Clereng karena lokasinya memang ada di kaki perbukitan Clereng.
Mitos dan Konon Ada Daya Magis
Tak hanya menyegarkan tapi tempat ini juga sarat dengan daya magis. Berdasar cerita yang berkembang tuah yang ada pada mata air berasal dari makam Kyai Paku Jati. Selain itu juga dipercaya bahwa di Clereng ada petilasan Sunan Kalijaga.
Cerita yang beredar turun temurun mata air ini ditemukan sendiri oleh Sunan Kalijaga. Konon barang siapa yang rajin mandi di mata air ini maka akan diberi awet muda, ketenangan batin dan kemudahan dalam berusaha.
Terlepas hal itu benar atau tidak tapi hingga kini masih banyak warga atau pengunjung yang percaya. Mereka berbondong-bondong untuk bisa mandi atau minimal untuk membasuh muka dari air yang keluar langsung dari mata air alami itu.
Pemandian Clereng akan mengalami puncak kunjungan pada H-1 menjelang bulan puasa. Tempat ini akan menjadi lautan manusia yang sedang melakukan padusan.
Puas mandi ada baiknya berburu kuliner khas Kulonprogo mulai dari Geblek, Tempe Benguk atau Sengek Tempe. Kuliner tradisional tersebut kini sudah mulai jarang ditemukan karena mereka yang mengolah biasanya simbah-simbah yang diperdagangkan di pasar tradisional.
