Enam Jam di Pusat Kota Jogja Bisa Apa

Enam jam di pusat Kota Jogja bisa dapat apa saja? Pertanyaan itu seringkali muncul dari kawan-kawan yang ada di luar kota ketika mereka berencana untuk liburan ke Kota Wisata ini.

malioboro
instagram.com/amix.stefany

Berbicara tentang Jogja memang tak pernah ada kata habis. Kota yang senantiasa menyuguhkan berbagai wisata dan kuliner yang bisa dinikmati siapa saja yang berkunjung.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Ketika berada di Kota Budaya ini, tak ada salahnya untuk menghabiskan waktu dengan berkeliling mengunjungi berbagai sudut kota. Mulai dari utara hingga selatan, atau barat hingga timur. Nyaris tak ada tempat yang bisa terlewatkan sebagai tempat wisata.

Jika kamu sedang berada di Jogja, salah satu tempat pilihan yang paling banyak dikunjungi adalah wilayah sekitar Malioboro hingga Kraton Yogyakarta. Meski terbilang tak cukup luas, jangkauan area Malioboro hingga keraton ini senantiasa padat dengan pengunjung.

Parkir paling di rekomendasikan saat ini tentu saja taman parkir Abu Bakar Ali. Dari sini perjalanan bisa di teruskan ke selatan menyusuri kawasan Malioboro.

Kawasan yang senantiasa ramai, terutama pada hari libur baik itu week end atau liburan sekolah. Malam pun tak menyurutkan pengunjung untuk datang. Mereka justru ingin menikmati romantisme Malioboro.

YOUR EXISTING AD GOES HERE

Namun saat ini harap tahan dulu hingga pandemi Covid-19 berakhir. Sekarang ini ada baiknya berdiam diri di rumah dan berselancar via dunia maya untuk mengenal banyak hal baru.

Penginapan sekitar Maliboro pun melimpah. Dari harga puluhan ribu hingga ratusan ribu begitu mudah ditemukan. Penginapan tersebut tentunya memberikan fasilitas terbaik untuk menjaga wisatawan agar betah berlama-lama.

Satu objek wisata yang sangat dekat dengan Stasiun Tugu. Jalan kaki tak lebih dari 5 menit sudah sampai tujuan maka wajar saja bila stasiun ini sangat popular.

Tiba di objek wisata ini silakan nikmati hiruk pikuk warga dan wisatawan yang membaur menjadi satu. Kawasan yang tak lekang oleh waktu, dari pagi, siang, sore hingga malam senantiasa di padati pengunjung.

Berbagai tempat kuliner ada di sini mulai dari yang lesehan hingga berbintang. Dari ribuan hingga ratusan ribu bisa di temukan di sini.

Berbagai makanan tradisional semisal gudeg hingga makanan ala barat pun ada. Membuat siapa saja yang datang bisa memanjakan lidah jadi bukan sebatas bagaimana mengganjal perut saja.

Aneka penjual souvenir dan oleh-oleh pun ada. Dari yang hanya menjajakan di pinggir ruko hingga di dalamnya. Semua itu ada dan menjadi satu di objek wisata yang bisa jadi lebih dikenal dunia daripada Jogja itu sendiri.

Perjalanan di mulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali dan sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya swafoto di plang nama Jalan Malioboro. Tiang dengan nama jalan ini seolah tak pernah sepi pengunjung. Terkadang untuk mendapat spot terbaik kita harus rela antri atau bisa jadi dalam frame foto ada orang lain.

Malioboro Mall bisa jadi tujuan yang sangat iconik dimana gemerlap kalangan menengah ke atas akan di temukan di tempat ini. Mereka yang tak punya nyali bisa jadi urung masuk ke salah satu mall tertua di Jogja ini.

Saksi sejarah dan satu yang masih bertahan. Mengingat banyak gedung lain yang telah di bongkar atau berubah nama tapi mall ini mampu mengikuti perkembangan jaman.

Jam buka mall di pusat Kota Jogja ini juga sama dengan yang lain. Mereka beroperasi dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.Jangan lupa untuk selfi di pintu masuk karena kini terdapat balkon yang unik sebagai kenang-kenangan.

Puas menikmati dinginnya mall, lanjutkan perjalanan menyusuri sepanjang jakan dengan alunan musik baik itu yang di putar pemilik toko atau pengamen jalanan. Suara kendaraan bermotor dan tapak kuda juga terasa khas sebagai penanda bahwa kita sedang ada di Malioboro.

Bila beruntung maka aka nada pengamen yang jumlahnya banyak. Mereka bermain angklung dengan hingar bingar membuat suasana hati menjadi bersemangat.

Kadang pula pertunjukan mereka membuat kemacetan saking membludaknya penonton. Lagu-lagu hits dari berbagai aliran akan mereka nyanyikan.

Bila di kiri jalan ada Malioboro Mall yang “wah “maka di kanan jalan ada Ramai Mall. Meski sama-sama mall tapi kita akan menyaksikan perbedaan antara keduanya.

Masing terus berjalan ke selatan maka akan ditemukan Pasar Beringharjo. Pasar tertua di Jogja ini begitu ramah menyambut para tamu dengan aneka produk yang mereka tawarkan.

Soal harga jangan kuatir, bisa di bilang sangat murah. Terlebih bila kamu memiliki keahlian dalam hal tawar menawar maka di pastikan harga akan lebih miring.

https://kanaljogja.id/tips-liburan-ke-jogja-ini-bikin-kamu-ketagihan-untuk-datang-lagi/

Sebelum masuk di pintu pasar ini ada surga kuliner. Berbagai sajian dan jajanan begitu mudah ditemukan. Soal harga sekali lagi cukup ramah kantong. Namun ada baiknya sebelum belanja untuk memastikan harga dengan bertanya terlebih dahulu.

Masih belum cukup, jalanlah 3 menit ke selatan maka akan di temukan Titik Nol Kilometer. Kawasan yang paling pas untuk menghabiskan waktu di malam hari.

Di sini juga biasanya akan ditemukan anak seni atau komunitas akan berkumpul. Berbagai kelompok dari penjuru kota biasanya akan ada di sini untuk membunuh waktu.

Bila siang maka kamu akan ada kesempatan untuk berkunjung ke Benteng Vredeburg, Monumen Serangan Umum 1 Maret dan Gedung Agung (Istana Presiden). Tapi kalau malam cukup melihat kemegahan mereka dari kejauhan karena sore hari mereka telah tutup.

Masih ada waktu dan kaki kuat melangkah, lanjutkan perjalanan dari Nol Kilometer ke selatan lagi hingga Alur-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Mungkin tak banyak yang bisa di nikmati kala malam.

Lain cerita bila siang hari maka Kraton ini menjadi “jujugan” utama para wisatawan bila berkunjung ke Jogja. Bila malam tiba dan perut lapar jangan takut. Ada Bakmi Pak Pele di sisi tenggara atau ingin menikmati kuliner ala kraton ada resto yang siap menyambutmu.

Oh iya sebenarnya ada satu tempat lagi yang harus di kunjungi saat ada di pusat Kota Jogja. Letaknya ada di sebelah utara Stasiun Tugu Jogja. Angkringan Tugu atau Kopi Jos begitu mereka menyebutnya seolah menjadi icon Kota Jogja yang tak pernah padam.

Pos terkait